Informasi tentang kuasa suku Kalabhra, Pallawa, dan Pandya, diungkapkan ketika suku Chola muncul kembali pada abad kesembilan. Pada masa ini, suku Chola menjadi lebih absolut sebagai sebuah kerajaan dalam sejarah India.
Perkembangan Kerajaan Chola dengan pemerintahan yang absolut diprakarsai Wijayalaya yang merebut kuasa dari Pallawa. Cerita perannya dalam Chola selama menjabat sekitar tahun 847—871 M direkam oleh berbagai prasasti. Kemudian, takhtanya diwariskan kepada putranya, Aditya I.
Pada masa Aditya I (menjabat 871—907 M), Kerajaan Chola semakin kuat dengan kekuasaannya yang semakin meluas. Dia menaklukkan raja suku Pandya hingga Kerajaan Gangga Barat dalam sejarah India. Tidak hanya bermusuhan, Aditya I membawa Kerajaan Chola berhubungan baik dengan Kerajaan Chera yang berada di Kerala (bagian barat semenanjung India).
Masa keemasan Kerajaan Chola berada di bawah kuasa Rajaraja I (berkuasa 985–1014) dan Rajendra Chola I (1014—1044). Rajaraja I adalah politisi ulung yang membuat Kerajaan Chola bersahaja untuk terlibat dalam rute perdagangan internasional di Samudra Hindia.
Sejak Rajaraja I berkuasa, Kerajaan Chola telah mendominasi berbagai kawasan pesisir India, termasuk Kerala dan Srilanka. Rajendra I yang saat itu masih pangeran pun turut terlibat. Setelah Rajaraja I wafat, Rajendra I memperluas kuasa Kerajaan Chola dengan menaklukkan Kalinga, Teluk Benggala, Pegu di Myanmar, dan Kerajaan Sriwijaya di Palembang dan Semenanjung Melayu.
Kerajaan Chola mengalami perkembangan besar-besaran karena berhubungan dengan dunia luar. Dalam sejarah India, Kerajaan Chola menjadikan candi sebagai pusat kegiatan masyarakat dan keagamaan. Candi menjadi tempat bagi masyarakat dapat memperdalam Kitab Suci dan Weda kuno.
Tidak hanya itu, ketika ada perang atau permasalahan politik, candi adalah tempat yang aman bagi masyarakat. Agama Hindu yang dipeluk masyarakat lebih banyak menyembah Siwa sebagai dewa utama.
Dalam sejarah India, Kerajaan Chola mengalami kemunduran pada Kulothunga I (1070–1120). Hal ini berdampak pada penerusnya seperti Wikrama (1118—1135) dan Kulothungga II (1133—1150) yang berupaya untuk berhati-hati dalam kebijakan dan menjaga masyarakatnya dari perang.
Suksesi takhta Kerajaan Chola semakin suram pada periode Rajadhiraja II (1166—1178) dan Kulothungga III (1178—1218). Pada masa ini, suku Pandya yang berada di bawah kuasa Kerajaan Chola memiliki jabatan dalam tubuh pemerintahan. Hingga akhirnya, terjadi intrik kuasa dalam permasalahan pewarisan takhta.
Selain itu, Kerajaan Hoysala dari pedalaman Kerala muncul sejak abad ke-10. Kerajaan ini perlahan-lahan menguasai daerah miliki Kerajaan Chola. Pergolakan internal dan eksternal yang dialami Kerajaan Chola menyebabkan berakhirnya kuasa pada 1257. Kerajaan itu pun digantikan dengan Kerajaan Pandya.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR