Nationalgeographic.co.id—Dalam budaya Yunani kuno, gagasan tentang nasib dan takdir diakui secara luas. Bahkan, orang Yunani kuno percaya bahwa ada dewi yang mengendalikan takdir seseorang. Moirai, atau Takdir, merupakan tiga dewi mitologi Yunani yang mengendalikan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
Asal-usul Moirai
Moirai secara luas dianggap sebagai anak Nyx, dewi Malam Yunani. Hesiod dalam Theogony mencatat asal-usul ini. Namun yang membingungkan, Hesiod juga menyebut Moirai sebagai putri Zeus dan Themis. Mengutip dari laman Greek Legends and Myth, kedua dewa mitologi Yunani ini memiliki tatanan yang erat dengan keadilan dan tatanan alam.
Kadang-kadang penulis lain di zaman kuno menyebut Moirai sebagai anak dewi Chaos, Oceanus dan Gaia (Bumi), Ananke (Keniscayaan) dan Erebus (Kegelapan) dan Nyx.
Siapakah Moirai dalam mitologi Yunani?
Sebagian besar sumber menceritakan tentang tiga Moirai. Moirai digambarkan sebagai wanita tua, yang masing-masing bernama Clotho, Lachesis, dan Atropos.
Pada saat kelahiran seseorang, Moirai memutar benang kehidupan masa depannya dan mengikuti langkahnya. Moirai mengarahkan akibat tindakan manusia sesuai dengan nasihat para dewa.
Clotho dikatakan memutar benang kehidupan dan Lachesis akan memutuskan berapa lama benang kehidupan ini bertahan. Yang terakhir, Atropos. Ia akan memotong benang tersebut untuk mengakhiri kehidupan. Oleh karena itu, Moirai dapat dianggap sebagai dewi kelahiran dalam mitologi Yunani, sekaligus dewi kematian.
Benang kehidupan yang dipintal ini akan menjadi kehidupan yang ditakdirkan untuk dipimpin oleh makhluk fana. Tidak ada seorang pun yang dapat mengganggunya, bahkan dewa-dewa lain. Konon, siapa pun yang cukup bodoh untuk mencoba mengubah alur kehidupan akan dikejar oleh Erinyes (Kemurkaan).
“Moirai yang menentukan nasib manusia. Dan khususnya jangka waktu hidup seseorang serta pembagian kesengsaraan dan penderitaannya,” ungkap Amy Tikkanen di laman Britannica.
Kisah Moirai dalam Mitologi Yunani
Source | : | britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR