Nationalgeographic.co.id—Serangkaian konflik brutal mengubah lanskap politik di wilayah Asia Timur pada akhir abad ke-16. Peristiwa ini adalah masa ketika tiga kerajaan yakni Kekaisaran Jepang, Korea, dan Tiongkok yang terlibat dalam kisah pergolakan yang dikenal sebagai Perang Imjin atau invasi Jepang ke Korea (1592–1598).
Perang Imjin didorong oleh ambisi, strategi, dan keputusasaan. Ditandai dengan sikap heroik, kekalahan telak, manuver diplomatik, dan pertempuran laut yang epik.
Periode sejarah menyaksikan kebangkitan Kekaisaran Jepang yang bersatu di bawah panglima perang Toyotomi Hideyoshi, yang pandangan ambisiusnya tertuju pada semenanjung Korea sebagai batu loncatan menuju Dinasti Ming Tiongkok yang kaya.
Hideyoshi membayangkan sebuah kerajaan besar di Asia Timur di bawah pemerintahan Jepang, sebuah mimpi yang memicu dua invasi terpisah ke Korea.
Yang terjadi kemudian adalah peperangan sengit selama enam tahun yang menguji keberanian, ketahanan, dan ketajaman diplomasi ketiga negara yang terlibat.
Toyotomi Hideyoshi adalah pemimpin yang menyatukan Kekaisaran Jepang setelah 120 tahun terpecah belah akibat politik. Pemerintahan Hideyoshi menandai berakhirnya era Sengoku.
Sebagai Kampaku (Bupati) yang baru diangkat, Hideyoshi melakukan reformasi politik dan sosial secara besar-besaran, berupaya menstabilkan negara yang telah ia persatukan.
Mengalihkan pandangannya ke barat, dia membayangkan sebuah kerajaan besar yang membentang di benua Asia, dengan Jepang sebagai pemimpinnya.
Impiannya adalah menaklukkan Dinasti Ming Tiongkok, dan batu loncatannya menuju visi besar ini adalah semenanjung Korea.
Sejalan dengan ini, kerajaan Korea, yang dikenal sebagai Joseon, menikmati era yang relatif damai di bawah pemerintahan Raja Seonjo yang bijaksana.
Dinasti Joseon mempunyai hubungan yang kuat dengan Dinasti Ming di Tiongkok, ditandai dengan sistem upeti yang memberikan bantuan timbal balik pada saat perang.
Invasi Pertama
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR