Namanya menjadi sinonim dengan ketidakpercayaan. Tidak akan ada lagi orang yang mempercayai perkataannya. Sesuai prediksi Cassandra, Clytemnestra membunuh Agamemnon sebelum juga membunuh Cassandra.
Generasi terakhir keluarga Atreus
Pada saat itu, Orestes putra Agamemnon yang dibesarkan di negeri yang jauh, dipanggil pulang oleh saudara perempuannya, Electra. Keduanya mewakili kutukan nomor enam.
Sebagai pewaris sah takhta, Orestes dibujuk oleh Electra untuk membalas pembunuhan ayah mereka. Hal ini biasa terjadi di mitologi Yunani dan dianggap sebagai tugas terbesar seorang anak laki-laki.
Masalahnya adalah Orestes tahu bahwa untuk membalaskan dendam ayahnya, dia harus membunuh ibunya. Dia juga tahu bahwa pembunuhan ibu adalah hal yang menjijikkan bagi dewa dan manusia.
Dia berdoa kepada Apollo untuk meminta bimbingan. Peramal Apollo di Delphi menyarankan balas dendam. Kutukan keluarga terus berlanjut.
Orestes kemudian dijauhi oleh semua orang kecuali Electra. Parahnya, Kemurkaan segera muncul. Makhluk abadi dengan mata merah menyala dan rambut ular menyiksa mereka yang melakukan kejahatan keji.
Electra juga hancur. Sehari setelah kematian ibunya, dia mengetahui tunangannya bunuh diri, dan dia sendiri pun bunuh diri. Sekaran Orestes benar-benar sendirian.
Dia berdoa kepada Apollo untuk pembebasan, mengingatkan dewa bahwa dia telah bertindak berdasarkan nasihatnya. Apollo tidak bisa melepaskannya dari kemurkaan. Dia menyarankan agar mereka mendekati Athena untuk campur tangan.
Sang dewi setuju. Dia akan membawa Orestes ke Athena untuk diadili. Ini akan menjadi uji coba pertama dalam sejarah. Athena memutuskan hubungan demi kebaikan Orestes. Dengan hasil itu, nampaknya kutukan itu sudah selesai.
Orestes kembali ke kerajaannya untuk mengambil takhta ayahnya. Namun, dia tidak pernah menikah dan tidak memiliki lagi keluarga yang masih hidup. Kutukan di Keluarga Atreus berakhir dengan dia sebagai keturunan terakhir.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR