Nationalgeographic.co.id—Raja Midas dari Frigia adalah tokoh legendaris mitologi Yunani. Posisinya dalam sastra dan budaya Yunani sungguh menarik. Mitos paling populer tentang Midas adalah keterampilan terkenal yang mengubah segala sesuatu yang disentuhnya menjadi emas.
Dalam cerita lain, Raja Midas mendapat telinga keledai sebagai hukuman atas kesombongannya. Menurut Pausanias, ia mendirikan kota Ankara, ibu kota Turki saat ini. Dalam seni Yunani, ia sering digambarkan dengan telinga faun atau keledai.
Beberapa penulis kuno menyatakan bahwa dia bunuh diri dengan meminum darah lembu, sementara Aristoteles menulis bahwa dia meninggal karena kelaparan setelah dia tidak bisa makan karena sentuhan emasnya.
Raja Midas adalah orang yang sangat kaya yang mencintai emas lebih dari apapun dalam mitologi Yunani kuno. Dia memiliki istana indah yang penuh dengan benda-benda emas.
Dalam mitologi Yunani kuno, Raja Midas memiliki seorang putri cantik, yang merupakan satu-satunya kebahagiaan dalam hidupnya. Suatu hari, dia melakukan perbuatan baik untuk Dionysus, dewa anggur dan perayaan yang sedang melewati kerajaannya bersama para pengikutnya.
Dia menyambut salah satu sahabat Dionysus, seorang satir bernama Silenus yang tertidur di taman mawarnya. Raja Midas menghiburnya selama beberapa hari sebelum mengembalikannya ke dewa.
Dionysus sangat berterima kasih kepada Midas atas keramahtamahannya. Kemudian, dia menawarkan untuk mengabulkan permintaan apa pun yang diinginkannya.
Midas tak segan-segan menanyakan keinginan terbesarnya yaitu segala sesuatu yang disentuhnya berubah menjadi emas.
Dionysus memperingatkannya untuk memikirkan pilihannya dengan hati-hati, tapi Midas yakin ini adalah hadiah terbaik yang bisa dia terima.
Dionysus setuju untuk memenuhi keinginannya. Dia mengatakan kepada Midas bahwa mulai hari berikutnya, segala sesuatu yang disentuhnya akan berubah menjadi emas di mitologi Yunani.
Keesokan paginya, Midas bangun dengan semangat untuk menguji kekuatan barunya. Dia menyentuh tempat tidurnya, pakaiannya, perabotannya, dan semuanya berubah menjadi emas yang bersinar.
Midas sangat gembira dengan kekayaannya. Kemudian berlari mengelilingi istananya sambil menyentuh segala sesuatu yang bisa dia temukan.
Dia bahkan mengubah mawarnya menjadi emas, berpikir bahwa mawar itu akan terlihat lebih indah seperti itu.
Raja Midas hampir panik ketika mendengar suara putrinya. Dia masuk ke kamar dan melihat ayahnya dikelilingi benda-benda emas.
Sang anak kagum dengan pemandangan itu, dan berlari untuk memeluknya. Tapi begitu Midas menyentuhnya, dia juga berubah menjadi patung emas.
Midas merasa ngeri dengan apa yang telah dia lakukan dan berteriak putus asa. Dia menyadari bahwa dia telah kehilangan satu-satunya sumber kebahagiaannya, dan keinginannya sebenarnya adalah sebuah kutukan.
Dalam mitologi Yunani kuno, Midas memohon kepada Dionysus untuk mengambil kekuasaannya dan menghidupkan kembali putrinya. Dionysus mendengar permohonannya, dan merasa kasihan padanya.
Ada satu cara untuk membatalkan perbuatannya, yaitu harus mencuci dirinya sendiri dan semua yang disentuhnya di sungai Pactolus, yang mengalir di dekat istananya.
Midas melakukan apa yang diperintahkan, dan berlari ke sungai sambil menggendong putrinya. Dia terjun ke dalam air, dan merasakan kekuatannya meninggalkan dirinya.
Midas melihat emas meleleh dari tubuhnya dan dari tubuh putrinya hingga menyaksikan putrinya hidup kembali. Dia memeluknya dengan air mata kebahagiaan.
Midas juga melihat sungai itu berubah menjadi emas karena emas yang terhanyut darinya. Ia menyadari bahwa inilah sumber simpanan emas terkenal yang menjadikan sungai Pactolus kaya dan terkenal di kemudian hari.
Dia berterima kasih kepada Dionysus atas belas kasihannya, dan bersumpah tidak akan serakah lagi. Ia belajar menghargai kesenangan hidup yang sederhana, seperti makanan, minuman, alam, dan yang terpenting, cinta putrinya.
Kisah Raja Midas dan sentuhan emasnya dalam mitologi Yunani adalah contoh klasik bagaimana keinginan bodoh bisa menjadi bumerang bagi kita.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa keserakahan dapat membutakan kita terhadap hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, dan bahwa kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita inginkan.
Bukan hanya itu, kisah Raja Midas ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan tidak datang dari harta benda, namun dari kedamaian dan kepuasan batin.
Kisah sentuhan Midas memiliki pesan didaktik yang cukup jelas. Midas adalah orang terkaya yang masih hidup tetapi dia berusaha menjadi lebih kaya lagi. Apa yang dia minta dari Dionysus menunjukkan kesombongan dan obsesinya terhadap kekayaan materi yang berlebihan.
Dalam cerita lain, Raja Midas meninggalkan kerajaan dan kekayaannya, setelah kutukan sentuhan emasnya dicabut, untuk menjadi pengikut dewa Pan di mitologi Yunani kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR