Organisasi Kesatria Templar
Organisasi Kesatria Templar yang memiliki kekayaan yang melimpah sebenarnya hanya berawal dari tujuh ksatria. Mereka bersumpah untuk membela peziarah Kristen di Tanah Suci Yerusalem.
Persaudaraan ini awalnya mengambil sumpah biara, termasuk sumpah kemiskinan, dan hidup bersama di komunitas tertutup dengan kode etik yang kuat. Meski kemudian Kesatria Templar lebih dikenal dengan ordo militer yang kaya raya.
Persaudaraan mereka ini kemudian mendapatkan pengakuan dari Paus Paus Honorius II (memerintah 1124-1130). Hingga kemudian dikukuhkan pada Konsili Troyes pada bulan Januari 1129 (ordo militer pertama yang dibentuk).
Dengan demikian, ordo militer tersebut mendapat dukungan resmi dari Gereja dan mulai terlibat dalam sejarah Perang Salib.
Pertempuran besar pertama yang melibatkan kesatria Templar terjadi pada tahun 1147 melawan peradaban Islam pada Perang Salib Kedua (1147-1149).
Harta pertama mereka adalah istana yang disumbangkan oleh Baldwin II, Raja Kerajaan Yerusalem pada tahun 1120. Istana tersebut merupakan bekas Masjid Aqsa di Temple Mount Yerusalem.
Untuk menjalankan organisasinya, Kesatria Templar melakukan perekrutan di seluruh Eropa Barat, meskipun Perancis merupakan sumber terbesar.
Mereka dimotivasi oleh rasa kewajiban agama untuk membela umat Kristen di mana pun, terutama di Tanah Suci Yerusalem dan tempat-tempat sucinya.
Alasannya seperti penebusan dosa atau sebagai sarana untuk menjamin masuk ke surga. Atau bahkan alasan-alasan yang lebih duniawi seperti mencari petualangan, keuntungan pribadi, promosi sosial atau sekadar penghasilan tetap dan makanan yang layak.
Para rekrutan haruslah orang-orang bebas yang memiliki kelahiran sah. Jika mereka ingin menjadi kesatria abad pertengahan, sejak abad ke-13, mereka harus menjadi keturunan ksatria.
Meski jarang, pria yang sudah menikah bisa bergabung asalkan pasangannya menyetujuinya. Banyak rekrutan diharapkan memberikan sumbangan yang signifikan untuk mengikuti ordo tersebut, status keuangan rekrutmen tentu saja menjadi pertimbangan.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR