Nationalgeographic.co.id—Gerakan kegiatan menukar pakaian bekas menjadi baru, Barter.in, diadakan kembali oleh Saya Pilih Bumi. Kegiatan ini berlangsung dari Rabu, 11 Oktober sampai Jumat, 13 Oktober di Halaman Kantin Palmerah Barat, Komplek Perkantoran Kompas Gramedia, Jakarta.
Dengan jargon "Tak Perlu Beli Baru" pada Barter.in Vol. 2, Saya Pilih Bumi menghadirkan kembali wadah bagi masyarakat agar dapat memiliki baju baru tanpa haru membuang baju lama. Sebab, kegiatan tersebut berawal dari permasalahan limbah feysen yang kerap mencemari lingkungan.
Hal itu didukung dengan kebiasaan belanja masyarakat untuk pakaian baru, tetapi menelantarkan yang lama. Keinginan memiliki baju juga didukung dengan tren mode yang cepat atau fast fashion, seperti diskon dan harga miring yang menarik perilaku konsumtif.
Diky Wahyudi Lubis, Community Manager Grid Network Saya Pilih Bumi mengatakan, kegiatan ini sebagai wujud untuk menerapkan sistem keberlanjutan pada masyarakat. Hal ini menjadi perhatian oleh Saya Pilih Bumi melalui proyek kampanye Circular City Project untuk meminimalisasi pengurangan limbah, dan mendukung ekonomi keberlanjutan.
"Kalau kita lihat, fesyen adalah salah satu permasalahan yang mungkin bisa saja terjadi kalau kita enggak aware. Karena itu yang paling dekat dan melekat sama kehidupan kita sehari-hari." kata Diky.
"So far, kayak food waste atau plastic waste itu sudah banyak solusinya. Tapi kalau kita berkaca lagi dengan kehidupan kita sehari-hari, yang paling melekat sama diri kita adalah ketika kita consumtive buying—membeli pakaian. Trennya juga sangat tinggi di toko-toko atau pabrikan brand terkenal."
Sampai artikel ini ditulis pada 12 Oktober, Saya Pilih Bumi telah barter sekitar 60 pakaian. Setiap harinya pengunjung datang dengan maksimal tiga pakaian yang dibawa.
Tidak semua pakaian bisa diterima, karena hendak dipakai kembali oleh pengunjung lainnya. Pakaian yang tidak lolos kurasi dalam Barter.in Vol. 2 adalah seperti yang rusak dan sudah bolong.
"Nah kita ada kurasi yang cukup ketat di awal. Jadi, semua baju mungkin belum tentu bisa kita terima. Karena kita akan melihat kelayakan dari pakaian yang mau ditukarkan. Jadi, misalnya baju itu sudah ada reject-nya seperti ada cacatnya, dan bolongnya." terang Diky.
"Ada beberapa teman-teman yang nanya 'Mas saya boleh kasih bajunya doang gak tanpa tukar?' Sistemnya tidak seperti itu, karena kalau kita hanya menerima, artinya [kumpulan pakaian] kita juga akan menumpuk. Kita konsepnya adalah saling bertukar pakaian," lanjutnya.
Ada banyak varian pakaian yang akan dan telah dibarter di gerai Barter.in Vol. 2. Tidak hanya pakaian orang dewasa, Saya Pilih Bumi juga menyediakan pakaian untuk anak-anak. Diky menjelaskan, pertimbangannya adalah karena konsumsi baju anak-anak tidak kalah cepat.
Diky juga menambahkan bahwa Saya Pilih Bumi tidak memungkiri untuk mempertimbangkan kegiatan barter terhadap koleksi anak-anak, seperti mainan, sepatu, tas, dan buku. Mainan sering kali terbuang ketika seorang anak mencapai umur dewasa, sehingga dapat disumbangkan atau ditukar.
Dalam kegiatan Barter.in Vol. 2 ini, Saya Pilih Bumi tidak sendiri tetapi juga bermitra dengan beberapa komunitas, dan didukung oleh Hai Online sebagai media anak muda. "Jadi, kita ingin mengajak bahwa anak muda juga harus peduli sama lingkungan, salah satunya dengan fesyen," kata Diky.
Berkaca dengan kegiatannya di komplek perkantoran, Saya Pilih Bumi berencana ke depannya akan mengadakan kegiatan serupa di kantor-kantor lainnya. Diky menilai, kegiatan ini selain untuk anak-anak muda, kegiatan ini cocok bagi para pekerja yang hendak tampil beda dengan penampilannya saat bekerja.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR