Nationalgeographic.co.id - Syair adalah karya sastra paling populer dan berpengaruh di seluruh Eropa dalam sejarah Abad Pertengahan. Ada banyak kisah-kisah legenda, mitos, cerita rakyat, dan dongeng yang dituturkan dalam bentuk syair.
Syair paling awal dalam bahasa Inggris yang penulisnya diketahui adalah Caedmon's Hymn (abad ke-7). Syair itu merupakan syair sederhana memuji Tuhan yang disusun oleh seorang gembala buta huruf.
Dikatakan, bahwa ia mendengar syair itu dilantunkan untuknya dalam sebuah penglihatan. Syairnya ditulis dalam bahasa Inggris Kuno oleh seorang juru tulis yang tidak disebutkan namanya di Whitby Abbey, Northumbria.
Keindahan sederhana dari syair awal ini menjadi standar syair Inggris Kuno. Sebagaimana terlihat dalam karya-karya seperti The Dream of the Rood (penglihatan mimpi abad ke-7) dan kemudian The Battle of Maldon (akhir abad ke-10).
Antara kedua karya ini, muncul mahakarya epik Beowulf, yang mengandalkan irama alliteratif dari baris panjang yang sama. Sehingga dapat mendorong cerita dan menciptakan kesan mendalam pada audiens.
Bentuk syair ini masih memikat hingga hari ini seperti pada masa lalu, karena persembahan dan pertunjukan Beowulf tetap populer.
Kisah ini merupakan epik tentang pahlawan tunggal yang menghadapi dan mengalahkan monster kegelapan yang mengancam penduduk negeri. Tema ini populer sejak zaman kuno hingga saat ini.
Karya Prancis kemudian, The Song of Roland (abad ke-11), adalah epik lain yang mengeksplorasi tema serupa. Namun dalam karya Prancis ini, 'monster' diberi bentuk manusia yakni Saracen yang mengancam kehidupan dan budaya Kristen.
Ksatria agung Charlemagne Roland akhirnya dipanggil untuk mempertahankan lorong Roncevaux dari serangan musuh. Ia mengorbankan hidupnya untuk melindungi raja, negaranya, dan kameradnya dari para penyerbu.
Syair ini begitu populer sehingga dikatakan dinyanyikan oleh pasukan Norman dalam Pertempuran Hastings pada tahun 1066 untuk meningkatkan semangat.
Kemudian syair romantis, yang menjadi populer di kalangan bangsawan Eropa, mulai berkembang pesat pada abad ke-12 di selatan Prancis.
Chretien de Troyes (1130-an - 1190) adalah penyair di istana Marie de Champagne (1145-1198) yang terkenal dengan syair romantis. Ia adalah salah satu penyair romantis terkenal dan tentu saja termasuk yang paling berpengaruh.
Syair Chretien tentang gadis dalam kesulitan dan kesatria gagah yang harus menyelamatkannya menjadi cukup populer. Syair itu berkontribusi pada perkembangan legenda Raja Arthur dan Knight of Round Table, yang akhirnya akan sepenuhnya diwujudkan oleh Malory.
Genre romantis, baik dalam bentuk syair maupun prosa, bergantung pada penerimaan audiens terhadap konsep bahwa cinta sejati tidak pernah dapat bertahan atau tidak dapat dicapai.
Pada akhir cerita, salah satu atau keduanya dari para kekasih meninggal atau harus berpisah. Namun, konsep akhir bahagia mulai populer dalam cerita rakyat abad pertengahan.
Menurut beberapa ahli sejarah, hal ini karena sastra romantis cinta istana adalah 'kitab suci' yang secara cerdik dikodekan dari Kaum Katar, sebuah aliran sesat yang dibantai oleh Gereja abad pertengahan.
Kaum Katar (orang-orang murni) dari bahasa Yunani Cathari, mengklaim bahwa mereka adalah kepercayaan yang sejati. Mereka memuja prinsip Ilahi feminin bernama Sophia (kebijaksanaan) yang memiliki sejumlah kesamaan dengan Perawan Maria.
Menurut teori ilmiah mengenai Kaum Katar dan sastra romantis abad pertengahan, gadis dalam kesulitan adalah Sophia dan ksatria gagah berani adalah penganut Kaum Katar yang harus melindunginya dari bahaya (Gereja).
Marie de Champagne dan ibunya, Eleanor of Aquitaine (1122-1204), keduanya terkait dengan ajaran sesat Cathar. Mereka adalah dua dari perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Abad Pertengahan.
Keduanya menjadi penyokong para penulis syair romantis seperti Chretien de Troyes, Andreas Cappelanus, dan kemungkinan besar Marie de France. Jadi ada beberapa dukungan sejarah untuk teori ini.
Genre ini berkembang lebih jauh pada abad ke-12 dan ke-13 oleh penyair-penyair seperti Robert de Boron, Beroul, dan Thomas of Britain, dan seniman-seniman besar Jerman seperti Wolfram von Eschenbach (1170-1220) dan Gottried von Strassburg (1210).
Namun, pada abad ke-14, pandangan dalam sejarah Abad Pertengahan terhadap perempuan sebagai properti sebagian besar telah digantikan.
Ada konsep baru tentang perempuan sebagai individu, seperti yang terkenal diilustrasikan oleh Geoffrey Chaucer melalui karakter Wife of Bath dalam The Canterbury Tales.
Perempuan muncul dalam karya-karya Chretien sebagai individu yang kuat pada abad ke-12. Terutama karakter Guinevere dalam puisi Lancelot atau Knight of the Cart.
Peningkatan martabat perempuan mencapai puncaknya dalam puisi Petrarch (1304-1374). Sonetanya kepada persona Laura terus beresonansi hingga zaman modern.
Karya Petrarch begitu populer pada zamannya sehingga memengaruhi persepsi sosial. Tidak hanya terhadap perempuan tetapi juga terhadap umat manusia secara umum, itulah sebabnya dia sering disebut sebagai penulis humanis pertama.
Kemudian ada juga syair yang menghibur dan memberikan pengajaran, genre lain berusaha meninggikan dan menghibur. Genre itu merupakan visi mimpi tingkat tinggi dalam sejarah Abad Pertengahan.
Visi mimpi adalah syair yang menampilkan narator orang pertama yang menceritakan mimpi yang sesuai dengan kesulitan yang mereka alami.
Visi mimpi dalam sejarah Abad Pertengahan mencapai puncaknya dalam Divine Comedy oleh Dante Alighieri (abad ke-14). Penyair dibawa dalam perjalanan melalui neraka dan surga untuk memperbaiki jalannya dan meyakinkan dia akan kebenaran visi Kristen.
Divine Comedy bukanlah visi mimpi yang sebenarnya. Narator tidak pernah mengaku bahwa dia telah tertidur atau bahwa peristiwa tersebut adalah mimpi.
Akan tetapi, Dante menggunakan ciri-ciri dari genre tersebut untuk menceritakan kisahnya. Begitu dekatnya Divine Comedy mencerminkan kemajuan, nada, dan efek visi mimpi.
Bahkan, begitu karya ini adalah syair tingkat tinggi dalam sejarah Abad Pertengahan, sehingga sesama kontemporer -bahkan putra Dante sendiri menginterpretasikan karya ini sebagai mimpi.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR