Nationalgeographic.co.id—Sebelum feminisme berkembang untuk kesetaraan gender, pemahaman patriarki di seluruh dunia sangat kuat. Paham patriarki mengonsepkan peran gender di mana laki-laki bertugas sebagai pencari nafkah dan perempuan mengelola rumah tangga.
Peran gender ini diyakini oleh para antropolog sebagai kebiasaan manusia sejak purbakala. Teori ini tercetus dari kumpulan makalah Man the Hunter pada 1960-an yang dieditori oleh Richard B. Lee dan Irven DeVore. Dalam salah satu tulisan yang ditulis oleh antropolog Willaim S. Laughlin, ciri-ciri unik manusia seperti menetapkan peran gender muncul akibat zaman perburuan.
“Kehidupan manusia sebagai pemburu menyediakan semua bahan untuk mencapai peradaban: variabilitas genetik, daya cipta, sistem komunikasi vokal, koordinasi kehidupan sosial,” tulis Laughlin.
Diyakini bahwa pada masa perburuan, laki-laki berperan sebagai pemburu, sedangkan perempuan hanyalah penerima manfaatnya. Perempuan harus memasok daging dari laki-laki dan bertanggung jawab untuk kelangsungan evolusi.
Teori ini menjadi gagasan yang paling berpengaruh dalam mengamini peran gender, termasuk di kalangan awam. Penyebab laki-laki yang bertanggung jawab atas perburuan karena perbedaan biologis dengan perempuan.
Karena fisiknya, laki-laki sering dianggap lebih unggul untuk bergerak lebih bebas. Berbeda dengan perempuan yang dapat hamil, sehingga harus beraktivitas di tempat tinggalnya dan membesarkan anak, sehingga tidak dapat berburu. Menstruasi yang dialami perempuan justru berbahaya karena darahnya dapat menarik predator.
Antropolog Brian Hayden berpendapat serupa pada 1981. Dia menyebutkan bahwa perempuan tidak dapat berburu karena sifatnya yang "lebih tidak banyak bergerak dan kurang agresif.
Pendapat dari para kontributor Man the Hunter memiliki kelemahan tentang asal-usul peran gender. Terdapat bukti secara biologis dan antropologi dari berbagai kebudayaan dan zaman yang luput, sehingga menimbulkan penjelasan bias tentang peran laki-laki dan perempuan.
"Dari sudut pandang biologis, terdapat perbedaan yang tidak dapat disangkal antara perempuan dan laki-laki," kata ahli biologi University of Notre Dame Cara Ocobock dan antropolog University of Delaware Sarah Lacy di Scientific American edisi November 2023.
"Misalnya, meskipun laki-laki cenderung lebih besar dan memiliki jantung dan paru-paru yang lebih besar serta massa otot yang lebih banyak, ada banyak perempuan yang termasuk dalam kisaran laki-laki pada umumnya; kebalikannya juga benar," lanjut mereka.
Ahli biologi lawas menganggap testosteron (hormon yang dimiliki laki-laki) merupakan faktor kesuksesan atletik. Pandangan ini menganggap hormon estrogen tidak sehebat itu dalam dunia atletik.
Source | : | NPR,Scientific American |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR