Nationalgeographic.co.id—Dokumen sejarah dunia tentu akan mencatat bahwa beberapa tahun terakhir ini bukanlah waktu terbaik untuk hidup. Pandemi COVID-19, penurunan atau bahkan krisis ekonomi di banyak negara, hingga perang antara beberapa negara meramaikan kehidupan manusia dalam beberapa tahun terakhir.
Entah itu karena COVID-19 dan kuncitara (lockdown) yang diakibatkannya, atau perang yang terjadi di Eropa di Timur Tengah, atau masalah ekonomi apa pun yang terjadi di seluruh dunia, dapat dikatakan bahwa tahun 2020-an sejauh ini belum sehebat yang kita harapkan.
Namun apakah ada waktu yang lebih baik untuk hidup? Banyak orang di Twitter sempat membicarakan hal itu, setelah akun HistoryInMemes menanyakan pertanyaan berikut:
"Jika Anda bisa menjadi bagian dari peradaban kuno mana pun, manakah yang akan Anda pilih?"
Uniknya, orang-orang mempunyai jawaban yang berasal dari masa sebelum hal-hal seperti antibiotik, pereda nyeri, dan Shrek 2 membuat hidup dapat ditoleransi dan lebih lama.
Seperti yang Anda perkirakan, hal ini mungkin terjadi karena orang-orang cenderung membayangkan diri mereka bergaul dengan Socrates ketimbang mati karena epidemi tifus sebagai seorang petani.
Yunani kuno adalah pilihan populer di kalangan responden, sementara yang lain mengatakan mereka juga ingin bergaul dengan Socrates dan Aristoteles.
Namun jawaban itu sesungguhnya tidak benar-benar memuaskan. Sebab, meskipun orang-orang Yunani kuno memberikan kontribusi yang luar biasa di bidang matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran, serta membangun gedung-gedung menakjubkan yang akan terlihat sangat cantik bertahun-tahun kemudian di British Museum, bagi sebagian besar orang di Yunani Kuno, kehidupannya cukup sulit.
Sebagian besar orang di era Yunani kuno tinggal di pedesaan atau desa. Mereka bekerja di lahan pertanian yang langka.
“Pandangan masyarakat Yunani terhadap masyarakat miskin sering kali kritis dan mengecualikan mereka: masyarakat miskin dianggap memiliki moralitas yang rendah dan degradasi ketidakamanan dan ketidaksopanan,” tulis sejarawan Estelle Galbois dan Sylvie Rougier-Blanc untuk Brewminate.
“Mereka menjarah altar dan mencuri persembahan yang dipersembahkan kepada para dewa, berbohong dan melakukan apa saja untuk mendapatkan cukup uang untuk bertahan hidup.”
Meskipun demikian, Anda mungkin mendapatkan hasil yang lebih baik secara sosial di sini dibandingkan di titik lain dalam sejarah.
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | IFL Science,Brewminate |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR