Diperkirakan 30% penduduk Persia meninggal karena wabah pada pertengahan abad ke-14. Pemulihan populasi di kawasan ini lambat. “Sebagian disebabkan oleh gangguan politik yang disebabkan oleh jatuhnya kekuasaan Mongol dan invasi Timur yang terjadi kemudian,” tambah Szczepanski.
Penggalian arkeologi di Issyk Kul mengungkapkan bahwa komunitas perdagangan Kristen Nestorian di sana dilanda wabah pes pada 1338 dan 1339. Issyk Kul adalah depot utama Jalur Sutra dan kadang-kadang disebut sebagai titik asal Black Death atau Wabah Hitam. Issyk Kul juga merupakan habitat utama bagi marmut, yang diketahui membawa wabah mematikan.
Namun, kemungkinan besar para pedagang dari timur membawa kutu-kutu penyebar penyakit ke pantai Issyk Kul. Apapun penyebabnya, angka kematian di permukiman kecil ini melonjak. Dari 4 orang meninggal per tahun menjadi lebih dari 100 orang meninggal dalam 2 tahun saja.
Meskipun jumlah spesifiknya sulit didapat, berbagai kronik mencatat bahwa kota-kota di Asia Tengah semuanya menderita Wabah Hitam. Kemungkinan besar setiap pusat populasi kehilangan setidaknya 40 persen warganya. Dan di beberapa daerah angka kematian mencapai 70 persen.
Bangsa Mongol menyebarkan Wabah di Kaffa
Pada tahun 1344, Gerombolan Emas (Golden Horde) memutuskan untuk merebut kembali kota pelabuhan Kaffa di Krimea dari pedagang Genoa. Para pedagang asal Italia itu merebut kota tersebut pada akhir tahun 1200-an. Bangsa Mongol di bawah pimpinan Jani Beg melancarkan pengepungan. Pengepungan yang berlangsung hingga tahun 1347 membawa wabah penyakit ke garis pertahanan Mongol. Hal itu terjadi karena bala bantuan dari timur jauh datang.
Seorang pengacara Italia, Gabriele de Mussis, mencatat apa yang terjadi selanjutnya. “Seluruh pasukan terkena penyakit yang menyerang Bangsa Tartar (Mongol) dan membunuh ribuan orang setiap hari.” Dia melanjutkan dengan tuduhan bahwa pemimpin Mongol memerintahkan mayat-mayat untuk dimasukkan ke dalam ketapel dan dilemparkan ke dalam kota. Hal tersebut dilakukan agar bau busuk yang tidak dapat ditoleransi akan membunuh semua orang di dalamnya.
Insiden ini sering disebut-sebut sebagai peristiwa perang biologis pertama dalam sejarah dunia. Namun, penulis sejarah kontemporer lainnya tidak menyebutkan dugaan ketapel Wabah Hitam. Seorang pendeta Perancis, Gilles li Muisis, mencatat bahwa penyakit yang sangat berbahaya menimpa tentara Tartar. Angka kematian begitu besar dan tersebar luas sehingga hampir satu dari dua puluh dari mereka masih hidup. Namun, ia menggambarkan para penyintas Mongol terkejut ketika orang-orang Kristen di Kaffa juga terjangkit penyakit tersebut.
Terlepas dari apa yang terjadi, pengepungan Kaffa oleh Golden Horde mendorong pengungsi untuk melarikan diri dengan kapal menuju Genoa. Pengungsi-pengungsi ini kemungkinan besar adalah sumber utama dari Wabah Hitam yang kemudian menghancurkan Eropa dalam sejarah dunia.
Wabah Hitam mencapai Timur Tengah
Para pengamat Eropa terpesona namun tidak terlalu khawatir ketika Wabah Hitam melanda wilayah barat Asia Tengah dan Timur Tengah. Ada yang mencatat bahwa “India tidak berpenghuni; Tartaria, Mesopotamia, Suriah, Armenia dipenuhi mayat. Oang Kurdi sia-sia melarikan diri ke pegunungan.” Namun, mereka akan segera menjadi partisipan dan bukan pengamat dalam salah satu pandemi terburuk dalam sejarah dunia.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR