1. Tidak dapat dipertanggungjawabkan
Menurut Blattman, "Sebagai seorang autokrat yang dipersonalisasi, Putin tidak perlu mempertimbangkan kepentingan tentara dan warga negaranya. Dia dapat mengambil tindakan apa pun yang bisa membantunya mempertahankan kendali rezimnya."
Ketika para pemimpin tidak terkendali dan tidak bertanggung jawab kepada rakyatnya, mereka bisa mengabaikan dampak perjuangan yang harus ditanggung rakyat biasa. Sebaliknya, penguasa bisa menjalankan agendanya sendiri. Itulah sebabnya para diktator lebih rentan terhadap perang.
2. Ideologis
Sebagian besar kisah perang saat ini berkutat pada obsesi nasionalisnya dan keinginannya untuk mendapatkan warisan yang gemilang. Dengan alasan ini, berapa pun biaya dan risiko yang ditanggungnya, pencetus perang bersedia membayarnya demi mengejar kejayaan dan ideologi.
Ini hanyalah salah satu contoh pendorong perang yang tidak berwujud dan bersifat ideologis yang dimiliki oleh banyak pemimpin—kemuliaan Tuhan, kebebasan, atau visi nasionalis.
3. Bias
Sebagian besar laporan mengenai invasi Rusia menekankan keterisolasian dan isolasi Putin dari kebenaran. Dia dan para penasihatnya terlalu meremehkan kesulitan perang.
Ini adalah kisah bias institusional—sebuah sistem yang tidak mau menyampaikan kabar buruk kepada pemimpinnya. Kaum autokrat sangat rentan terhadap masalah ini, tetapi kegagalan intelijen juga menjangkiti negara-negara demokrasi.
Pemimpin juga bisa menjadi bias secara psikologis. Manusia mempunyai kemampuan luar biasa untuk berpegang teguh pada kepercayaan yang salah. Kita bisa saja terlalu percaya diri, meremehkan kehancuran akibat perang, dan melebih-lebihkan peluang kita untuk menang.
Dan kita menjelekkan dan salah menilai lawan kita. Persepsi yang salah ini bisa membawa kita ke medan perang.
4. Ketidakpastian
Source | : | Modern War Institute |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR