Setelah Knox membayar 7 pound dan 10 shilling untuk jenazahnya, Burke dan Hare melihat peluang. Terkesan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mereka mengambil cara cepat untuk mendapatkan mayat. “Mereka memilih untuk membunuh orang asing yang rentan,” ungkap Phillips.
Selama 10 bulan, pasangan ini membunuh sebanyak 16 orang dan menjual jenazah tersebut ke Knox. Setelah penangkapan mereka, Hare bersaksi melawan Burke dengan imbalan kekebalan. Burke dihukum dan digantung pada Januari 1829. Jenazahnya dibedah di depan umum dan kerangkanya dipajang di Museum Anatomi di Edinburgh Medical School.
Kasus ini memengaruhi reputasi Knox sehingga dia meninggalkan kota dan pindah ke London.
3 tahun kemudian, para perampok makam di Bethnal Green diberi julukan London Burkers. Kelompok ini menggunakan rum dan laudanum untuk melumpuhkan korban sebelum membunuh mereka dan menjual tubuhnya.
John Bishop dan Thomas Williams ditangkap ketika mereka mencoba menjual mayat segar yang mencurigakan. Mayat yang dijual adalah mayat anak laki-laki berusia 14 tahun. Mereka menjualnya ke King's College School of Anatomy.
Setelah dilakukan penyelidikan, keduanya mengaku membunuh “anak laki-laki Italia”, sebutan untuk Charles Ferrari muda.
John Bishop dan Thomas Williams digantung pada bulan Desember 1831. Kejahatan London Burkers akhirnya memaksa Parlemen untuk mengubah undang-undang tersebut. Undang-Undang Anatomi tahun 1832 membuat jenazah orang miskin yang tidak diklaim dapat dibedah secara hukum. Undang-undang itu pun berpengaruh pada perdagangan mayat di Inggris.
Nasib mayat
Tempat peristirahatan terakhir orang miskin yang digunakan di sekolah kedokteran Inggris sebagian besar masih menjadi misteri. Sekitar satu dekade yang lalu, beberapa kuburan mereka ditemukan di halaman Rumah Sakit Royal London yang didirikan pada tahun 1740.
Penggalian arkeologi menjelang proyek perluasan rumah sakit tersebut mengungkapkan kuburan yang telah lama terlupakan. Di dalam beberapa peti mati terdapat tubuh utuh, sementara yang lain berisi bagian-bagian yang tidak cocok. Ada juga peti mati yang menyimpan bagian-bagian tubuh yang sama.
Mayat-mayat tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang penuh kekerasan (banyak yang mengalami patah hidung), penggunaan tembakau, atau penyakit kronis. Banyak dari tulang-tulang tersebut menunjukkan tanda-tanda yang mungkin dibuat oleh dokter setelah dilakukan pemeriksaan mayat. “Ada bekas potongan gergaji, bekas pisau, dan lubang bor,” ujar Phillips. Semuanya bertanggal antara tahun 1825 dan 1841.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, para arkeolog menentukan bahwa orang-orang ini adalah sisa-sisa mayat sekolah kedokteran. Harus diakui, jenazahnya telah mendidik para dokter di Inggris dan mendukung perkembangan ilmu kedokteran dalam sejarah dunia.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR