Nationalgeographic.co.id—Di kedalaman perairan Bahama yang jernih terdapat sebuah misteri yang telah memikat imajinasi para peneliti, petualang, dan pemimpi yaitu Jalan Bimini. Lokasi ini disebut sebagai jalan menuju Atlantis, kota yang hilang.
Jalan Bimini membentang di dasar laut di lepas pantai Pulau Bimini Utara. Formasi batuan bawah air yang membingungkan ini selama beberapa dekade telah memicu perdebatan sengit mengenai asal usulnya.
Ahli geologi berdebat tentang asal usul alaminya sebagai formasi batuan pantai geologis. Namun ada juga spekulasi yang menarik mengenai pembentukannya.
Mungkinkah Jalan Bimini menjadi jalan terlupakan menuju kota yang hilang Atlantis dan sudah lama tenggelam di laut?
Mengungkap kebenaran di balik kemungkinan hubungan antara Jalan Bimini dan Atlantis yang penuh teka-teki mengharuskan kita menggali lebih dalam sejarah, geologi, dan teori-teori modern tentang sifatnya.
Penemuan di Pulau Bimini Utara
Pada tahun 1968, di lepas pantai barat laut Pulau Bimini Utara di Bahama, sekelompok penyelam membuat penemuan yang menimbulkan kegembiraan di seluruh dunia.
Saat menjelajahi dasar laut, sederet batu yang tergeletak sekitar 18 kaki di bawah permukaan menarik perhatian. Para penyelam penasaran dengan kemiripan yang mencolok antara batu-batu ini dengan bangunan buatan manusia. Sederet batu tersusun dalam garis dengan jarak yang sama membentang lebih dari setengah mil.
Spekulasi menjadi liar. Banyak orang yang menyatakan bahwa batu-batu ini mungkin merupakan bagian dari tembok kuno atau jalan yang pernah menjadi milik peradaban yang hilang. Bahkan mungkin terhubung dengan dongeng Atlantis.
Kegembiraan semakin meningkat ketika dua “jalan” serupa ditemukan di dekatnya. Hal ini semakin memicu misteri seputar situs tersebut.
Joseph Manson Valentine, Jacques Mayol, dan Robert Angove adalah pionir yang menemukan fenomena menarik ini di perairan yang tenang. Mereka menggambarkannya sebagai “trotoar” yang terdiri dari batu bulat dengan berbagai ukuran dan ketebalan.
Fitur ini, yang sekarang dikenal sebagai “Jalan Bimini” atau “Tembok Bimini”, membentang ke arah timur laut-barat daya. Hal ini disertai dengan dua fitur linier paralel yang lebih dekat ke pantai.
Penemuan Jalan Bimini membuka jalan bagi banyak eksplorasi dan penyelidikan ilmiah. Namun ada juga kontroversi. Para ahli dan spekulan berusaha mencari tahu kebenaran di balik struktur menakjubkan ini.
Sejak penemuannya, komposisi geologi batuan Jalan Bimini telah menjadi bahan penyelidikan ilmiah dan perdebatan sengit.
Formasi tersebut terdiri dari total tiga formasi lurus di bawah gelombang. Fitur-fitur ini sebagian besar terdiri dari balok-balok batu kapur berbentuk persegi panjang yang sangat besar dan datar.
Secara geologis, Jalan Bimini sebagian besar terdiri dari batu kapur. Secara khusus, jenis batuan sedimen yang tersemen dengan baik yang dikenal sebagai “batuan pantai” yang berasal dari Bahama.
Perlu dicatat bahwa saat ini blok-blok tersebut tampak sangat terkikis. Fitur permukaan asli apa pun, seperti bekas perkakas, prasasti, atau bukti lain yang menunjukkan keterlibatan manusia, kemungkinan besar tidak akan bertahan.
Mungkinkah Jalan Bimini Terhubung dengan Atlantis Kota yang Hilang?
Hubungan menarik antara Jalan Bimini dan kota mitos Atlantis dapat ditelusuri kembali ke tahun 1930an. Saat itulah seorang paranormal Amerika bernama Edgar Cayce mengaku pernah berkomunikasi dengan seseorang yang pernah tinggal di Atlantis di kehidupan sebelumnya.
Menurut wahyu Cayce, Atlantis terletak di dekat Bimini. Dia meramalkan bahwa sebagian dari kuil-kuil di kota itu akan muncul di dekat pulau itu sekitar tahun 1968 atau 1969.
Prediksi tersebut menggugah rasa ingin tahu. Ketika para penyelam melaporkan melihat struktur paralel Jalan Bimini yang aneh di perairan dangkal, spekulasi pun melonjak.
Banyak yang percaya bahwa formasi ini adalah sisa-sisa tembok Atlantis atau jalan misterius menuju kota yang hilang. Hal ini melahirkan legenda misterius Jalan Atlantis.
Sebagian besar peneliti ilmiah berpendapat bahwa Jalan Bimini adalah formasi geologi yang terbentuk secara alami. Namun sebagian lainnya merasa hal itu sulit dipercaya. Sebaliknya, mereka melihat sisa-sisa jalan kuno, tembok, atau bangunan lain yang sengaja dibangun.
Perdebatan seputar hubungan situs tersebut dengan Atlantis berlanjut hingga hari ini, dengan beberapa tokoh terkemuka, seperti Graham Hancock dan Charles Berlitz, mendukung gagasan tersebut. Bimini Road bahkan muncul dalam acara spesial Netflix, Ancient Apocalypse.
Namun demikian, sebagian besar ahli geologi dan arkeolog arus utama berpendapat bahwa kemungkinan besar ini adalah formasi alami.
Terlepas dari daya tarik legenda Atlantis, sifat sebenarnya dari jalan bawah air tersebut masih penuh dengan perselisihan. Hal ini masih mengundang eksplorasi lebih jauh dari para petualang dan sejarawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mendetail telah mereplikasi rangkaian peristiwa alam dan geologi yang mungkin bertanggung jawab atas pembentukan formasi batuan bawah air. Formasi serupa lainnya telah didokumentasikan di tempat lain, seperti Australia dan Florida.
Meskipun analisis ilmiah menunjukkan bahwa Jalan Bimini merupakan fitur geologi alami, legenda Atlantis terus memberikan suasana misteri dan daya tarik di sekitar situs tersebut. Prospek menarik dari peradaban kuno, yang hilang di bawah ombak, memikat imajinasi kita dan mengundang semangat petualang.
Entah keanehan geologis atau sisa-sisa Atlantis kota yang hilang, Jalan Bimini adalah bukti misteri yang ada di bawah permukaan laut. Hal ini pasti akan tetap menjadi situs yang menarik selama bertahun-tahun yang akan datang.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR