Kota Megido di Kanaan mulai mencetak koin pada masa ini, yang kemudian diikuti oleh Efesus pada abad ketujuh atau keenam sebelum Masehi.
Tidak jauh dari Efesus di Asia Kecil (Turki modern), bangsa Lydia membuat langkah resmi untuk menciptakan mata uang.
Lydia adalah salah satu dari beberapa kerajaan Anatolia yang muncul setelah runtuhnya Kekaisaran Het sekitar tahun 1200 SM. Bangsa Lydia dikenal karena kekayaan mereka yang luar biasa, yang mengalir dari Sungai Pactolus ke Gunung Tmolus.
Sejarawan Yunani Kuno, Herodotus, mengklaim bahwa bangsa Lydia adalah orang pertama yang menggunakan mata uang koin.
"Bangsa Lydia adalah orang pertama yang kita ketahui menggunakan mata uang koin emas dan perak sekaligus memperkenalkan perdagangan eceran," tulis Herodetus dalam bukunya.
Meskipun Lydia merupakan negara paling kaya di zamannya, ia tidak cukup kuat untuk menghentikan Persia Akhemeniyah yang menaklukkan kerajaannya.
Koin Kuno setelah bangsa Lydia
Ide mata uang koin tidak mati bersama Kekaisaran Lydia, tapi diwarisi oleh Persia dan Yunani. Kekaisaran Achaemenid, yang membentang dari Mesir ke India, sebenarnya memfasilitasi penyebaran mata uang koin.
Di bawah pemerintahan Raja Darius I (memerintah 522-486 SM), Persia mulai mencetak koin, dengan emas daric dan perak siglo sebagai standarnya.
Bangsa Yunani mulai mengadopsi mata uang koin pada sekitar tahun 500 SM, tidak lama setelah mereka diperkenalkan dengan konsep tersebut oleh bangsa Lydia.
Krebsbach menjelaskan, adopsi mata uang koin oleh orang Yunani tidak merata, karena mereka tidak memiliki satu pemerintah pusat. Koin-koin ini pertama kali digunakan untuk penggunaan lokal di dalam negara kota sebelum secara bertahap beralih ke penggunaan antarnegara.
“Koin perak khas Yunani akan memiliki blazon di sisi depan untuk mengidentifikasi negara-kota, sementara lambang dan simbol lainnya ada di sisi sebaliknya,” jelas Krebsbach.
Koin-koin Yunani kuno, Krebsbach menambahan, merupakan “sumber kebanggaan negara dan propaganda yang digunakan oleh para duta besar, selain sebagai alat tukar.”
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR