Nationalgeographic.co.id—Di tengah berkembang pesatnya teknologi finansial, uang koin boleh jadi akan menjadi usang. Meskipun demikian, koin memiliki peran besar dalam sejarah dunia ekonomi. Kehadiranya menandai berakhirnya sistem ekonomi barter.
Evolusi dari barter ke koin terjadi selama ribuan tahun dan melintasi jarak yang jauh di Timur Dekat dan Cekungan Mediterania bagian timur.
Sejarawan dan kontributor The Cambridge Ancient History, Charles Seltman, mendefinisikan proses ekonomi kuno sebagai berikut:
"Logam yang digunakan untuk memfasilitasi pertukaran barang adalah mata uang; mata uang yang digunakan menurut standar berat tertentu adalah uang; uang yang dicap dengan alat adalah koin.”
Deben: Mata Uang Paling Awal?
Bangsa Mesir kuno memainkan peran awal dan penting dalam evolusi mata uang. Meskipun Mesir tidak mengembangkan mata uang koin, mereka adalah bangsa pertama di dunia yang menggunakan standarisasi berat untuk alat tukar.
Dimulai sekitar tahun 3100 SM, orang Mesir menggunakan ukuran berat yang dikenal sebagai deben. Satu deben memiliki berat sekitar 93,3 gram dan digunakan untuk mengukur nilai barang logam seperti tembaga, perak, atau emas.
“Selama Dinasti Keduabelas Kerajaan Pertengahan (sekitar tahun 1985-1773 SM), sistem pengukuran Mesir semakin dibakukan,” tulis sejarawan Jared Krebsbach, pada laman History Collector.
Seiring berjalanya waktu, Krebsbach menambahkan, “deben dapat dibagi lebih lanjut ke dalam ukuran yang dikenal sebagai kite, yang sepuluh di antaranya setara dengan satu deben atau sekitar sepuluh gram.”
Beberapa timbangan dan neraca Mesir masih ada dan disimpan di museum-museum di seluruh dunia. Selain itu kegiatan menimbang digambarkan di dinding-dinding makam Kerajaan.
Meski canggih di zamannya, deben masih menjadi alat tukar yang tidak praktis dan jauh dari koin. Di sisi lain, ia berfungsi dengan baik untuk kebutuhan orang Mesir dan bahkan dapat memfasilitasi perdagangan internasional.
Mata Uang Bangsa Sumeria
Ratusan kilometer di sebelah timur Mesir, di waktu yang sama, bangsa Sumeria mengembangkan mata uang dan sistem tukarnya sendiri.
Banyak tablet berbahasa Sumeria dari kota Umma menunjukkan bahwa sistem akuntansi berbasis perak digunakan di Mesopotamia selatan selama Dinasti Ketiga Ur (sekitar 2112-2004 SM).
Tablet-tablet ini menunjukkan bahwa ekonomi Mesopotamia sangat tersentralisasi, meskipun perdagangan dilakukan oleh kontraktor independen.
Krebsbach menjelaskan, seorang pengawas akan menerima barang modal dari ensi (gubernur atau penguasa daerah) dan kemudian melepaskan barang tersebut kepada para pedagang yang disetujui oleh pemerintah.
“Ketika para pedagang mengumpulkan barang-barang eksotis dari luar Mesopotamia untuk barang-barang Mesopotamia, mereka memasukkan transaksi ke dalam buku besar dengan menggunakan perak sebagai alat tukar dan nilai,” jelas Krebsbach.
Penggunaan standar perak “memungkinkan ekonomi Ur berkembang karena para pedagang tidak lagi dipaksa untuk menentukan transaksi berdasarkan kasus per kasus.”
Standar perak Mesopotamia dapat dianggap sebagai uang menurut definisi Seltman dan merupakan langkah penting berikutnya untuk mata uang.
Sistem akuntansi perak bekerja dengan baik untuk kebutuhan orang Mesopotamia, tetapi seperti deben, sistem ini tidak praktis, terutama untuk transaksi dalam jumlah besar.
Kemunculan Koin Pertama
Dimulai pada abad kedelapan sebelum Masehi, beberapa bangsa Timur Dekat mulai mencetak koin pertama dengan gambar.
Kota Megido di Kanaan mulai mencetak koin pada masa ini, yang kemudian diikuti oleh Efesus pada abad ketujuh atau keenam sebelum Masehi.
Tidak jauh dari Efesus di Asia Kecil (Turki modern), bangsa Lydia membuat langkah resmi untuk menciptakan mata uang.
Lydia adalah salah satu dari beberapa kerajaan Anatolia yang muncul setelah runtuhnya Kekaisaran Het sekitar tahun 1200 SM. Bangsa Lydia dikenal karena kekayaan mereka yang luar biasa, yang mengalir dari Sungai Pactolus ke Gunung Tmolus.
Sejarawan Yunani Kuno, Herodotus, mengklaim bahwa bangsa Lydia adalah orang pertama yang menggunakan mata uang koin.
"Bangsa Lydia adalah orang pertama yang kita ketahui menggunakan mata uang koin emas dan perak sekaligus memperkenalkan perdagangan eceran," tulis Herodetus dalam bukunya.
Meskipun Lydia merupakan negara paling kaya di zamannya, ia tidak cukup kuat untuk menghentikan Persia Akhemeniyah yang menaklukkan kerajaannya.
Koin Kuno setelah bangsa Lydia
Ide mata uang koin tidak mati bersama Kekaisaran Lydia, tapi diwarisi oleh Persia dan Yunani. Kekaisaran Achaemenid, yang membentang dari Mesir ke India, sebenarnya memfasilitasi penyebaran mata uang koin.
Di bawah pemerintahan Raja Darius I (memerintah 522-486 SM), Persia mulai mencetak koin, dengan emas daric dan perak siglo sebagai standarnya.
Bangsa Yunani mulai mengadopsi mata uang koin pada sekitar tahun 500 SM, tidak lama setelah mereka diperkenalkan dengan konsep tersebut oleh bangsa Lydia.
Krebsbach menjelaskan, adopsi mata uang koin oleh orang Yunani tidak merata, karena mereka tidak memiliki satu pemerintah pusat. Koin-koin ini pertama kali digunakan untuk penggunaan lokal di dalam negara kota sebelum secara bertahap beralih ke penggunaan antarnegara.
“Koin perak khas Yunani akan memiliki blazon di sisi depan untuk mengidentifikasi negara-kota, sementara lambang dan simbol lainnya ada di sisi sebaliknya,” jelas Krebsbach.
Koin-koin Yunani kuno, Krebsbach menambahan, merupakan “sumber kebanggaan negara dan propaganda yang digunakan oleh para duta besar, selain sebagai alat tukar.”
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR