Miletus penuh dengan filsuf dan cendekiawan terkenal, termasuk Thales, salah satu dari Tujuh Orang Bijak Yunani. Banyak teori matematika dan ilmiah awal datang dari para sarjana Miletus, yang memperkuat posisi Miletus dalam sejarah sebagai pusat pembelajaran.
Rhodes, sebuah pulau di Laut Aegea. Rhodes adalah negara kota yang juga sukses maritimnya mirip dengan Korintus. Sama seperti Korintus, perdagangan maritim yang ramai ini membawa kekayaan besar ke Rhodes, yang berpuncak pada penciptaan Colossus of Rhodes, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Semua negara-kota ini mempunyai kekuasaan masing-masing, dan kemandirian mereka menjadikan mereka unik satu sama lain.
Menempatkan seluruh kekuasaannya di negara-negara kota ini tentu saja berkontribusi terhadap semua kreasi, seniman, cendekiawan, dan filsuf menakjubkan yang muncul dari Yunani. Akan tetapi, hal ini juga berarti bahwa sulit untuk menyatukan negara-negara kota ketika masalah muncul.
Perang Peloponnesia
Perang Peloponnesia berlangsung dari tahun 431 hingga 404 SM. Athena dan Sparta adalah dua negara kota yang paling kuat di Yunani kuno. Perselisihan yang ditimbulkannya di antara semua negara kota tersebut sangatlah dahsyat.
Athena dan angkatan lautnya yang kuat bentrok dengan negara militer Sparta, sehingga menghabiskan sumber daya bagi kedua negara kota tersebut. Perang ini berlangsung selama hampir tiga dekade, dan ketika perang berakhir, kedua negara kuat tersebut menjadi lemah dan rentan terhadap pengaruh dan konflik dari sumber luar.
Pada akhirnya Athena dianggap kalah dalam Perang Peloponnesia, namun Sparta tidak menghancurkan kota tersebut seperti yang diharapkan. Hal ini memungkinkan Athena untuk tetap menjadi pusat pendidikan, sastra, dan drama, meskipun kini berada di bawah kekuasaan Sparta.
Kebangkitan Makedonia
Setelah perang antara Sparta dan Athena, kekuatan di utara mulai muncul yaitu Kerajaan Makedonia.
Makedonia tidak dianggap sebagai kekuatan besar dalam sebagian besar sejarah Yunani kuno. Dengan banyaknya pertikaian antar negara-kota, tidak ada seorang pun yang terlalu memperhatikan Makedonia, atau rajanya, Raja Phillip II.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR