Habsburg mencapai puncak kekuasaannya pada awal abad ke-16. Pada tahun 1519, Charles V, cucu Kaisar Romawi Suci sebelumnya Maximillian I, terpilih sebagai kaisar baru. Hanya beberapa tahun sebelumnya, Charles V juga mewarisi takhta Spanyol dari pihak keluarga ayahnya. Kini, Charles V menguasai kerajaan kaya dan berkuasa di Kekaisaran Romawi Suci. Selain itu, ia juga menguasai Spanyol, Portugal, Belanda, dan kerajaan kolonial Spanyol yang sangat besar yang mulai terbentuk di Amerika.
Pemerintahan Charles V jauh dari kata mudah. Masa kepemimpinannya di wilayah yang luas ini ditandai dengan peperangan yang tak terhitung jumlahnya. Banyak kekuatan asing serta kerusuhan sipil yang dipicu oleh Reformasi Protestan. Pada tahun 1556, Charles V mengundurkan diri dari takhta kekaisaran dan meninggal beberapa tahun kemudian.
Garis darah yang murni
Salah satu warisan paling lama dari Dinasti Habsburg adalah ketertarikan mereka terhadap pernikahan antar keluarga atau kekerabatan. Pernikahan inses, untuk menjaga kemurnian garis keturunan keluarga atau tujuan politik, adalah hal yang lumrah bagi penguasa Habsburg. Oleh karena itu, anggota Dinasti Habsburg menikah dengan seseorang yang merupakan kerabat dekat.
Sepupu menikah satu sama lain dan paman serta bibi menikahi keponakan mereka bukanlah hal yang aneh. Perkawinan sedarah yang intens ini akhirnya membawa akibat yang tragis bagi anak-anak dari hubungan inses ini.
“Rahang Habsburg” yang terkenal dengan cepat menjadi salah satu ciri fisik keluarga dinasti. Rahang yang besar, menonjol, dan bulat ini dapat dilihat pada puluhan lukisan yang diselesaikan oleh seniman kontemporer pada zamannya.
Praktik ini tidak hanya mengakibatkan cacat fisik yang parah, tetapi juga mempunyai dampak negatif yang parah terhadap kesehatan anggota dinasti secara keseluruhan. Charles II, salah satu Habsburg Spanyol, menderita masalah kesehatan yang hampir tak ada habisnya. Hal ini terjadi hingga kematiannya yang mendadak pada tahun 1700 di usia muda 38 tahun. Charles II tidak meninggalkan ahli waris. Kematiannya membuat sebagian besar Eropa terjerumus ke dalam perang lagi mengenai siapa yang akan duduk di takhta yang kosong.
Akhir sebuah dinasti
Kekuasaan dan pengaruh keluarga Habsburg tidak akan pernah lagi mencapai tingkat seperti pada tahun 1500-an. Namun mereka masih mampu tetap menjadi pemain besar dalam politik Eropa hingga abad ke-19.
Pada awal Perang Dunia Pertama tahun 1914, kaisar Kekaisaran Austro-Hungaria tetap berasal dari Dinasti Habsburg. Sayangnya, Kaisar Francis Joseph memimpin negaranya ke dalam perang yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancuran. Austria-Hungaria tampil buruk dalam perang tersebut berkat serangkaian konflik dan perselisihan internal. Hal ini tidak membantu jika militer mereka berkinerja buruk di setiap lini pertempuran yang mereka bela. Pada tahun 1916, Joseph meninggal dan digantikan oleh cucunya Charles.
Charles memimpin kekaisaran yang runtuh selama 2 tahun hingga akhir perang pada tahun 1918. Charles tidak pernah turun takhta dan malah digulingkan oleh parlemen Austria pada tahun 1919. Charles berusaha untuk mendapatkan kembali mahkotanya pada dua kesempatan terpisah tetapi gagal dalam dua kesempatan tersebut. Pemerintahan Habsburg akhirnya berakhir.
Dinasti Habsburg berubah dari sekelompok bangsawan yang relatif tidak dikenal menjadi dinasti paling berpengaruh dan berkuasa di Eropa. Melalui perang, perkawinan politik, tipu muslihat, dan cara-cara terselubung lainnya, Habsburg dapat menaiki tangga politik Eropa.
Dalam sejarah dunia, dinasti ini tetap berada di puncak selama berabad-abad. Jarang sekali sekelompok orang seperti itu dapat memperoleh posisi seperti itu. Dan fakta bahwa mereka mampu mempertahankan posisinya dalam jangka waktu lama menjadikannya semakin luar biasa.
Source | : | World Atlas |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR