Hubungan antara Achilles dan Patroclus adalah salah satu aspek terpenting. Ikatan mendalam mereka, yang ditandai dengan rasa saling menghormati, kasih sayang, dan nilai-nilai bersama, merupakan tema sentral dalam Iliad, dan interaksi mereka memberikan gambaran tentang karakter dan motivasi Achilles.
Patroclus, lebih tua dari Achilles, adalah teman dekat dan orang kepercayaan pejuang hebat itu. Mereka tumbuh bersama, berlatih bersama, dan ketika seruan perang datang, mereka bertempur berdampingan dalam Perang Troya.
Patroclus bukan hanya teman Achilles. Dia sering memberikan nasihat bijak dan berperan sebagai pengaruh moderat terhadap temperamen Achilles yang berapi-api.
Reaksi Achilles terhadap kematian Patroclus juga memberikan wawasan tentang konsep Yunani tentang "philia", atau persahabatan yang mendalam.
Orang Yunani sangat menghargai persahabatan, menganggapnya sebagai ikatan yang kuat, bahkan lebih kuat dari, ikatan kekeluargaan
Kesedihan Achilles terhadap Patroclus dan keinginannya untuk membalas dendam mencerminkan intensitas persahabatan mereka dan tingginya nilai hubungan semacam itu dalam masyarakat Yunani.
Kematian Achilles
Kematian Achilles adalah salah satu episode paling terkenal dalam mitologi Yunani, akhir tragis kehidupan seorang pahlawan yang tampaknya tak terkalahkan.
Meskipun ia meraih banyak kemenangan dan nyaris kebal, Achilles tidak kebal terhadap nasib kematiannya. Keadaan pasti kematian Achilles tidak dirinci dalam Iliad, namun diceritakan dalam karya dan mitos selanjutnya.
Menurut versi yang paling umum, selama jeda pertempuran, Paris, dipandu oleh Apollo, menembakkan panah yang mengenai tumit Achilles. Satu-satunya bagian tubuhnya yang rentan.
Kematian Achilles menandai berakhirnya pejuang terhebat dalam Perang Troya, sebuah kehilangan yang sangat dirasakan oleh pasukan Yunani.
Jenazahnya diambil oleh rekan-rekannya dan diberi pemakaman pahlawan. Abunya ditempatkan dalam guci emas, yang kemudian dikuburkan di samping abu sahabatnya Patroclus.
Kematian Achilles adalah pengingat yang menyedihkan akan sifat tragis cita-cita kepahlawanan Yunani. Meski memiliki kekuatan, keberanian, dan kecakapan bela diri, Achilles tidak bisa lepas dari nasibnya.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR