Meski demikian, kehidupan di Babilonia yang metropolitan dalam sejarah Mesopotamia tidak selalu indah. Kota Babilonia memiliki jalanan yang sangat sempit dan tidak beraspal. Selain berfungsi sebagai jalur lalu lintas, jalanan berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah.
Ya! mereka membuang sampah begitu saja sehingga terkadang timbunan sampah bisa menjulang tinggi. Mereka paham kebutuhan akan transportasi, sehingga sampah ditimbun dan membuat jalanan lebih tinggi. Akibatnya, rumah harus memiliki tangga untuk menuju jalan.
Kelas sosial Mesopotamia di Babilonia
Kekaisaran pada masa dulu, umumnya berbentuk monarki absolut. Sistem ini menyediakan kelas sosial dari bangsawan, rakyat jelata, dan budak.
Namun, di Kekaisaran Babilonia Kuno tidak sekuno itu perihal kelas sosial. Memang, secara umum, raja dan keuturnannya berada di kelas paling atas. Kemudian diikuti oleh para pendeta dan imam yang mengisi berbagai kuil yang didedikasikan untuk dewa-dewa tertentu di Babilonia.
Dalam sejarah peradaban Mesopotamia di Babilonia, kalangan masyarakat bisa berpindah kelas, bahkan tuan tanah seperti "awilum", bisa menjadi rakyat jelata atau "mushkenum". Kelas rakyat jelata ini adalah orang bebas, namun tanpa kepemilikan tanah.
Penduduk juga bisa menjadi budak. Meskipun bisa dibeli di pasar dan keturunannya dapat menjadi budak, kebanyakan praktiknya hanya bersifat sementara. Budak permanen berasal dari tawanan perang yang keluarganya tidak mampu membayar uang tebusan.
Budak sementara berasal dari kalangan rakyat jelata yang terlilit hutang. Kreditor atau tuan rumah bisa memperbudaknya sampai hutangnya lunas.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR