Nationalgeographic.co.id—Gorgon Medusa dikatakan telah dirudapaksa oleh Dewa Laut, Poseidon dalam mitologi Yunani kuno. Terkenal dengan kisah kutukannya dari wajah yang cantik dengan kepala ular, kehidupan anak-anak Medusa jarang disorot.
Dalam mitologi Yunani kuno, Medusa dikabarkan telah melahirkan dua anak Poseidon. Mereka adalah kuda bersayap yang terkenal, Pegasus, dan raksasa yang kurang terkenal, Chrysaor. Keduanya muncul dari tubuhnya yang dipenggal setelah Perseus memenggal kepalanya.
Pegasus, Kuda Bersayap
Yang paling terkenal dari dua anak Medusa adalah Pegasus. Dia dan saudara laki-lakinya sama-sama lahir dari leher ibu mereka yang dipenggal ketika Pahlawan, Perseus, memenggal kepala Medusa.
Dahulu kala ketika kuda bersayap Pegasus lahir, dia masih liar dan bebas berkeliaran di dunia. Tidak ada yang bisa menjinakkan kudanya sampai salah satu pahlawan terhebat di Yunani, Bellerophon datang.
Bellerophon adalah seorang penyair terkenal dan Dewi Kebijaksanaan, Athena, sangat terkesan sehingga dia menghadiahkannya tali kekang emas yang bisa menjinakkan binatang apa pun. Sang pahlawan menggunakan bakatnya untuk menjinakkan kuda bersayap, Pegasus, saat sedang minum di mata air Pierian.
Dengan Pegasus sebagai tunggangannya, Bellerophon akan menjadi salah satu pahlawan paling legendaris dari seluruh mitologi Yunani. Dia berperang melawan negara pejuang wanita, Amazon dan pejuang ganas Solymi.
Dia juga menggunakan Pegasus untuk membalas dendam pada Stheboea, seorang wanita yang menolak rayuannya dan bersaksi melawan sang pahlawan.
Bellerophon mengundangnya untuk bergabung dengannya di atas kuda bersayap hanya untuk melemparkannya hingga mati saat mereka terbang.
Kejatuhan Bellerophon terjadi ketika egonya menguasai dirinya. Dia berpikir layak untuk diangkat menjadi dewa. Sang pahlawan membunuh Chimera yang bernapas api dan mengira manusia tidak lagi layak atas kehadirannya.
Bellerophon terbang ke Gunung Olympus bersama Pegasus berpikir bahwa dia akan disambut sebagai Dewa Olympian oleh Raja para Dewa, Zeus.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR