Nationalgeographic.co.id—Dalam budaya populer, biasanya dewa-dewa Nordik seperti Odin Thor digambarkan sebagai pribadi yang baik. Faktanya, dalam mitologi Nordik Kuno, para dewa jarang digambarkan sebagai pahlawan. Mereka memiliki kekurangan, serakah, pendendam, dan kejam.
Sejarawan lulusan Universitas Oxford, Jessica Suess, menjelaskan bahwa dalam mitos aslinya, “para dewa melakukan tindakan genosida terhadap para Jotun, raksasa dalam mitologi Norse, dan kemudian memburu mereka untuk bersenang-senang.”
Mereka juga “Mereka menyatakan perang terhadap para dewa Vanir karena masalah budaya dan membunuh anak-anak sebagai pembalasan dendam,” tambah Jessica.
Odin vs Ymir
Merujuk kisah penciptaan bangsa Nordik seperti yang terdapat dalam Prosa Edda, makhluk pertama yang muncul adalah Jotun Ymir dan dewa Buri. Mereka menjadi nenek moyang semua raksasa dan dewa.
Ymir berkembang biak secara aseksual. Raksasa jantan dan betina muncul melalui keringat ketiaknya. Makhluk berkepala enam juga lahir dari kakinya.
Sementara itu, Buri memiliki seorang putra bernama Bor. Dia kemudian memiliki tiga anak laki-laki, Odin, Vili, dan Ve.
Odin dan saudara-saudaranya menjadi khawatir dengan banyaknya raksasa yang muncul dari Ymir sementara jumlah mereka tetap sedikit. Mereka memutuskan untuk membunuh Ymir.
“Sumber-sumber yang masih ada tidak menyebutkan masalah khusus yang disebabkan oleh keturunan Ymir, hanya saja jumlah mereka yang terus bertambah dengan cepat,” jelas Jessica.
Tindakan Odin dan para saudaranya membawa ras raksasa di ambang kepunahan. Beruntung, dua raksasa selamat dalam pembantaian tersebut, memungkinkan untuk mengisi kembali ras mereka.
Menurut Prosa Edda, Jessica menjelaskan, “kematian makhluk raksasa itu menyebabkan banjir darah yang sangat besar.” Odin dan saudara-saudaranya kemudian “menggunakan tubuh Ymir untuk membentuk kembali dunia sesuai keinginan mereka.”
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR