Nationalgeographic.co.id - Sebagai dalang Perang Dunia II, Adolf Hitler adalah kanselir Jerman yang pada masanya setingkat seperti perdana menteri. Setelah pulih pada 1918 dari cedera yang didapatkan dari Perang Dunia I, Hitler mengambil langkah politik.
Bagaimanapun, Hitler sangat kecewa atas kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I, namun tidak punya daya karena hanya tentara biasa. Dia menyalahkan orang komunis Jerman dan Yahudi sebagai "musuh dari dalam" yang membuat Jerman menyerah dalam sejarah dunia.
Meski perang usai, Hitler tetap menjadi tentara sebagai agen intelijen yang memantau partai politik di Munich yang mengancam pemerintahan yang ada.
Saat itu Jerman di bawah kepemimpinan Presiden Friedrich Ebert dan Kanselir Philipp Scheidemann. Keduanya berasal dari Partai Demokrat Sosial Jerman. Jerman baru saja menjadi republik federal konstitusional setelah revolusi dari Kekaisaran Jerman (Reich Kedua).
Salah satu partai yang dipantau dalam penugasannya adalah Partai Pekerja Jerman yang terdiri dari para veteran tentara yang sakit hati. Tugas intelijennya membuatnya harus menangani partai ini. Dia pun bergabung dengan Partai Pekerja Jerman sebagai anggota ketujuh.
Partai nasionalis dengan wajah "kiri" dalam sejarah dunia
Untuk menjadi kanselir seperti yang dikenal dalam cerita hidupnya, Hitler menjadikan Partai Pekerja Jerman sebagai basisnya. Pada 1920, dia memegang kendali partai ini dan mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei yang disingkat sebagai Nazi.
Secara harfiah, nama partai ini adalah Partai Pekerja Sosialis Nasional Jerman. Sekilas partai pekerja sosialis ini cenderung ke kiri dalam kompas politik, sejatinya Hitler adalah seorang sayap kanan keras.
Kecondongannya sebagai fasis sudah tampak sejak kecil ketika tinggal di Wina, Austria dalam keluarga yang miskin. Hitler membenci Austria sebagai "negara tambal sulam" karena terdiri dari berbagai etnis. Bahkan, seperti yang disebutkan sebelumnya, ia menyalahkan orang Yahudi sebagai sumber kekalahan Jerman.
Pandangan ekonomi partai Nazi dalam sejarah dunia juga sangat kuat dengan bayang-bayang ultranasionalisme Hitler. Ia menilai bahwa pemerintahan demokratis Jerman sangat tidak efektif, sedangkan perekonomian negara sedang hancur-hancurnya akibat biaya yang harus ditanggung Jerman dari Perang Dunia I.
Pemikiran ini mendulang dukungan untuk Nazi dari masyarakat, padahal partai ini sebelumnya sangat kecil di Bavaria. Dukungan ini muncul karena keresahan masyarakat Jerman atas kondisi yang sedang dialami. Nazi juga membentuk organisasi paramiliter Sturmabteilung untuk melindungi Nazi untuk mengintimidasi lawan politik.
Partai Nazi sempat melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Friedrich Ebert dan Philipp Scheidemann pada November 1923. Kala itu, Jerman tengah melanjutkan pembayaran isyarat menyerah dari Perang Dunia I ke Inggris dan Prancis.
Gerakan Nazi ini disebut "Beer Hall Putsch" dalam sejarah dunia. Hitler berharap, revolusi nasionalisnya bisa menyebar ke tentara Jerman yang tidak puas, sehingga dirinya bisa menjatuhkan pemerintahan di Berlin. Nyatanya, pemberontakan ini ditangani dan Hitler ditangkap.
Di dalam penjara, dia mulai menulis otobiografi Mein Kampf (Perjuangan Saya). Di sana begitu tertanam narasi kebencian terhadap orang Yahudi dan para pemikir Marxisme.
Hitler baru keluar penjara sembilan bulan setelah Nazi memaksa pemerintah Bavaria meringankan hukuman dari sebelumnya lima tahun. Pada saat ini, Nazi sedang berantakan karena sistem perekonomian perlahan-lahan pulih. Hitler juga dilarang berpidato di seluruh Jerman.
Bermain politik lihai saat Pemilu
Peluang mendulang masa kembali muncul ketika resesi ekonomi dunia terjadi dalam Depresi Besar 1929. Nazi melakukan pengorganisasian ulang dengan gerakan massa yang fanatik, keresahan masyarakat, dan bantuan finansial pebisnis yang dijanjikan mengakhiri perlawanan buruh.
Sokongan ini membuat Nazi mendulang suara enam juta dalam pemilihan umum 1930. Partai ini menjadi terbesar kedua di Jerman dalam sejarah dunia. Keberanian inilah yang membuat Hitler berani menantang Paul von Hindenburg yang maju sebagai independen untuk menduduki kursi kepresidenan.
Akan tetapi, Hitler kalah, Hindenburg pun menjadi presiden akibat dukungan koalisi anti-Nazi. Hindenburg setuju untuk menjadikan Hitler sebagai kanselir pada 1933.
Hitler melihat bahwa partainya tidak mendapat kursi mayoritas di Reichstag, gedung parlemen Jerman. Dia menyerukan pemilu baru demi memperkuat posisinya. Pada Februari 1933, saat masa kampanye, Reichstag justru terbakar yang menyebabkan suasana panik dan teror di berbagai daerah.
Nazi segera memanfaatkan suasana ini untuk mendorong anti-komunisme. Anggota parlemen dari Partai Nazi Hermann Wilhelm Göring menyebut bahwa pembakaran ini didorong oleh komunis yang berencana menggulingkan pemerintahan sah Jerman.
Pernyataan ini membuat masyarakat menentang komunisme dan banyak pemilih Nazi agar bisa mendapat kursi lebih banyak di Reichstag.
Dukungan Nazi semakin kuat ketika Presiden Hindenburg mengeluarkan Dekrit Darurat. Dekrit ini menjadi dasar hukum bagi Nazi untuk menganiaya dan menindas lawannya, kalangan komunis dan semua yang disebut sebagai pengkhianat republik.
Pemilu 1933
Kanselir Hitler kemudian mengusulkan RUU Pengaktifan kepada Reichstag. RUU ini disetujui dalam pemilu Maret 1933 yang membutuhkan suara mayoritas di Reichstag sekitar dua per tiga.
UU Pengaktifan ini membuat Hitler punya leluasa untuk mengatur pemerintahan negara yang sedang kacau. Kepemimpinan Hitler dilakukan secara diktator, termasuk menangkap dan mengeksekusi lawna politiknya.
Demi mempertahankan jabatannya, Hitler juga membersihkan Sturmabteilung dari Nazi supaya mendapat dukungan dari tentara Jerman. Padahal, Sturmabteilung telah membantu Hitler dan Nazi untuk menyingkirkan lawan politik.
Singkatnya, UU ini membuat Hitler bisa berkuasa sesukanya di pemerintahan meski ada presiden dan Reichstag.
Angin segar bagi Hitler muncul kembali pada 2 Agustus 1934 ketika Presiden Hindenburg meninggal. Hitler dengan segera menggabungkan dua jabatan kanselir dan presiden dengan gelar Fuhrer.
Inilah yang membuat Hitler menjadi orang nomor satu di Jerman dalam sejarah dunia. Pada masa berikutnya, dia memulai serangan yang membuka sejarah Perang Dunia II. Propaganda ultranasionalisme, antisemitisme, dan antikomunis, langgeng di masa pemerintahannya sehingga mendapat dukungan masyarakat untuk berperang dan holocaust.
Source | : | History |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR