Nationalgeographic.co.id—Tanah kuno Punt merupakan pusat jaringan perdagangan yang ramai ribuan tahun lalu.Terkenal karena kekayaan emas, dupa, dan satwa liar eksotisnya, Punt sering disebut sebagai 'Tanah Dewa' oleh masyarakat sejarah Mesir kuno.
Punt, negeri yang begitu kaya dan misterius dipuji sebagai surga oleh para firaun kuno. Kini, lokasi persisnya masih menjadi salah satu teka-teki sejarah yang menggiurkan.
Pengetahuan tentang Punt dan sejarahnya berasal dari sumber-sumber Mesir kuno, karena merekalah yang paling produktif mencatat interaksi mereka dengan tanah misterius ini.
Catatan yang paling jelas dan informatif adalah relief candi yang ditemukan di Deir el-Bahri, bagian dari kuil kamar mayat Ratu Hatshepsut.
Relief ini menggambarkan ekspedisi terkenal ke Punt yang ditugaskan oleh Hatshepsut sekitar tahun 1490 SM, memberikan gambaran rinci tentang masyarakat Punt, rumah panggung mereka, dan barang-barang yang dibawa kembali ke Mesir, termasuk emas, kayu hitam, mur, dan pohon dupa hidup.
Selain relief Deir el-Bahri, referensi ke Punt muncul di beberapa teks dan prasasti Mesir lainnya.
Batu Palermo, sebuah prasasti Mesir kuno yang berasal dari Dinasti ke-5, menyebutkan ekspedisi ke Punt. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Mesir dan Punt telah berlangsung lama dan terjalin dengan baik.
Demikian pula kisah pelaut yang karam, sebuah karya sastra Kerajaan Tengah, yang memuat referensi tidak langsung ke tanah Punt menggambarkan sebagai tempat yang jauh dan eksotis yang kaya akan sumber daya.
Referensi sejarah ini secara kolektif melukiskan gambaran Punt tidak hanya sebagai mitra dagang tetapi juga sebagai tanah yang sangat menarik bagi orang Mesir kuno.
Mereka memandang Punt hampir seperti negeri mitos, sumber komoditas langka dan berharga yang tidak ditemukan di Mesir.
Selain itu, teks-teks tersebut menunjukkan rasa saling menghormati dan interaksi damai antara orang Mesir dan Puntites, yang kontras dengan hubungan Mesir yang sering bermusuhan dengan wilayah tetangga lainnya.
Penggambaran Punt dalam seni Mesir, khususnya relief kuil dari masa pemerintahan Ratu Hatshepsut, memberikan wawasan berharga.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR