Nationalgeographic.co.id—Setiap pengunjung ke Spanyol selatan akan menemukan bahwa arsitekturnya berbeda dengan wilayah Eropa lainnya. Istana-istana besar seperti Alcazar dan Alhambra di sana, dirancang dan didekorasi dengan sentuhan Islam.
Meskipun sebagian besar Eropa Barat masih belum ditaklukkan oleh serangan Islam selama Abad Pertengahan dan era Perang Salib, "Spanyol bagian selatan merupakan pengecualian," tulis Bipin Dimri.
Ia menulisnya kepada Historic Mysteries dalam sebuah artikel berjudul The Battle of Guadalete: How Islam Fought its way into Spain, yang diterbitkan pada 7 Oktober 2022.
Saat terjadi kekosongan akibat keruntuhan Romawi di Spanyol, Kerajaan Visigoth yang lemah, tidak siap menghadapi gempuran umat Islam yang menginvasi Spanyol di tahun 711. Hal itu memunculkan suatu pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Guadalete.
Barangkali dalam sejarah dunia, istilah perang ini lebih familiar dengan Pertempuran Guadalete, namun berbeda dalam sejarah Islam. Catatan sejarah Islam menyebutnya sebagai Pertempuran Syudzunah atau Pertempuran Wadi Lakah.
Pertempuran ini dianggap sebagai salah satu pertempuran paling signifikan dalam penaklukan Hispania oleh Bani Umayyah. Hasil dari pertempuran tersebut menunjukkan sifat agresif dan ekspansionis yang diadopsi oleh umat Islam.
Pertempuran ini memiliki sejarah yang penting karena dianggap sebagai penanda awal Islamisasi di Spanyol dan beberapa wilayah lainnya selama berabad-abad. Periode terjadinya pertempuran diyakini sebagai salah satu periode waktu paling tidak stabil di Eropa.
Penaklukan dimulai dengan Kekhalifahan Umayyah, yang sebagian besar terdiri dari orang Berber dan beberapa orang Arab, melintasi Mediterania dan menyerang kerajaan Kristen Visigoth yang terletak di Hispania dari selatan.
"Penaklukan Spanyol dianggap sebagai awal era baru dalam sejarah dunia di mana umat Islam berperan di Eropa. Penaklukan Umayyah atas Spanyol menyebabkan pertikaian pertama antara barat Latin dan peradaban Islam," imbuh Bipin.
Menurut kebanyakan sumber historiografi, Ṭāriq ibn Ziyad berangkat dari Ceuta (Septem) dan mendarat di Batu Karang Calpe, yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gibraltar.
Sebelum pertempuran, Ṭāriq dari Umayyah telah terlibat pertempuran kecil dengan kerajaan-kerajaan vassal di Spanyol. Ia kemudian berhasil memenangkan pertempuran sebelum akhirnya bertemu dengan Roderic, raja Visigoth.
Thomas F. Glick menyebut dalam bukunya Islamic and Christian Spain in the Early Middle Ages: Comparative Perspectives on Social and Cultural Formation (1979), ada sebanyak 187.000 pejuang Muslim yang terlibat dalam pertempuran tersebut.
Selama penaklukan, tentara Visigoth bukanlah tandingan tentara Muslim yang terorganisir dengan baik, yang dipimpin oleh Tariq ibn Ziyad. Serangan yang dilakukan oleh kaum Muslim telah membunuh tentara mereka, termasuk pemimpinnya.
Kekalahan tentara Visigoth diikuti dengan kaburnya lawan-lawan raja, yang hanya menemani tuan rumah dalam persaingan, dengan penuh tipu muslihat, dan karena ambisi untuk memerintah. Terdapat banyak pengkhianat di dalam barisan Visigoth.
Ada kemungkinan bahwa para pengkhianat dalam barisan Visigoth bermaksud untuk meninggalkan Roderic sendirian, untuk dikalahkan dan dibunuh oleh kaum Muslim. Namun, rencana mereka gagal, karena sebagian besar dari mereka juga terbunuh.
Di antara legenda yang ada dalam sejarah pertempuran tersebut, yang paling menonjol adalah legenda Pangeran Julian. Ia menjadi pengkhianat Visigoth sebagai ajang balas dendam.
Hal itu terjadi atas kehamilan putrinya Florinda—yang kemudian menjadi Florinda La Cava Rumía atau Doña Cava—oleh Roderic. Kabarnya, ia diculik dan diperkosa hingga hamil. Kekecewaan itu mendorong Pangeran Julian memfasilitasi pasukan muslim dengan kapal untuk bisa menyerbu Visigoth.
Karena langkah cepat dan strategis yang dilakukan kaum Muslim, Visigoth tidak punya peluang. Ketika Visigoth yang kalah mundur menuju ibu kota kuno Spanyol, Toledo, Tariq sendiri bergerak menuju wilayah tersebut.
Hal ini menyebabkan Toledo menyerah tanpa perlawanan. Peristiwa ini mengakhiri kekuasaan Visigoth di Spanyol, dan merupakan awal baru bagi umat Islam. Islamisasi di Spanyol dan beberapa wilayah Eropa menjadi catatan baru sejarah dunia.
Pertempuran tersebut merupakan pertumpahan darah, di mana pasukan Visigoth menderita kerugian yang sangat besar, dan pasukan Muslim kehilangan sebanyak 3.000 pasukan, atau sama dengan seperempat dari kekuatan mereka.
Kemenangan kaum muslim dalam Pertempuran Guadalete membawa dampak besar bagi Spanyol. Setelah penaklukan, negara tersebut berada di bawah kendali Muslim selama berabad-abad lamanya.
Hanya segelintir negara Kristen yang berhasil bertahan di wilayah pegunungan utara semenanjung Spanyol. Akibat pergantian kekuasaan dan berkat pertempuran yang menentukan tersebut, penduduk Kristen Eropa mulai menerima dan memeluk Islam.
Kemenangannya menjadi gerbang awal masuknya Islam di Eropa. Dan setelah penaklukan tersebut, selama beberapa ratus tahun, identitas semenanjung Iberia berubah sejak dikenal sebagai Al-Andalus.
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR