Nationalgeographic.co.id—Marcia Aurelia Ceionia Demetrias atau lebih dikenal sebagai Marcia adalah wanita simpanan dan salah satu pembunuh Commodus Kekaisaran Romawi kuno.
Sebelum Marcia menjadi simpanan Commodus, dia adalah kekasih dan simpanan salah satu sepupunya, Senator Marcus Ummidius Quadratus Annianus. Kemudian menjadi istri dari pelayannya Eclectus. Lalu, mengapa Marcia ikut merencakan pembunuhan pada Commodus?
Commodus Kekaisaran Romawi
Lucius Aurelius Commodus lahir pada tanggal 31 Agustus 161 di Lanuvium, kota kuno Latium. Ia adalah putra dari "Kaisar Baik" terakhir, filsuf Marcus Aurelius yang memerintah 161–180 M dan istrinya Annia Galeria Faustina atau Faustina the Younger.
Commodus diberi gelar Kaisar pada tahun 166 M. Hal ini menjadikannya sebagai penerus Marcus pada usia delapan tahun. Dia dibimbing dalam bahasa Latin, Yunani, dan retorika, tetapi tidak dibimbing keterampilan militer, dan juga tidak banyak pendidikan jasmani.
Pada tahun 177 M, pada usia 16 tahun, Commodus diangkat menjadi konsul dan mendapat gelar kehormatan Augustus. Jabatan ini bertindak sebagai wakil pemimpin bersama ayahnya.
Pada tahun 178 M, Commodus menikah dengan Bruttia Crispina tetapi dia meninggalkan Roma bersama Marcus untuk Perang Marcomannic kedua. Mereka tidak akan mempunyai anak yang masih hidup.
Marcus sedang sakit ketika rumor kematiannya mulai beredar. Dia pun meninggal sebagai korban wabah pada bulan Maret 180.
Pada saat kematiannya, Marcus mungkin sedang atau belum mempertimbangkan untuk mengambil provinsi baru, tetapi Commodus dengan cepat mengakhiri Perang Marcomannic, berdamai dengan suku-suku Jermanik, dan kembali ke Roma.
Selama dua tahun pertama pemerintahan Commodus, perang besar dapat dihindari. Dia berhenti berkonsultasi dengan Senat dan menghentikan jamuan makan malam kenegaraan.
Dia mengizinkan orang-orang bebas menjadi senator—bangsawan bisa membeli kursi di Senat hanya jika mereka membayar semua milik mereka kepadanya.
Ketidaksenangan terhadap pemerintahannya meningkat. Commodus mulai bertingkah gila. Dia sangat terobsesi menjadi dewa dan menganggap dirinya Hercules.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR