Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Romawi, yang membentang di berbagai benua dan berabad-abad, terkenal dengan keajaiban arsitektur, kehebatan militer, dan sumbangsih budayanya. salah satu warisannya yang paling mendalam terletak pada tradisi kulinernya.
Bangsa Romawi, dengan jaringan perdagangan yang luas dan provinsi yang beragam, memiliki akses ke sejumlah besar bahan makanan. Hal inilah yang kemudian turut memperkaya cita rasa kuliner Romawi.
“Kekaisaran Romawi mungkin telah runtuh, namun pengaruh kulinernya tetap bertahan,” kata George Liapis, seorang penulis sejarah Yunani dan Romawi Kuno.
Bagi George, masakan orang-orang Romawi kala itu tak hanya menawarkan cita rasa yang kaya, namun memiliki makna budaya yang kuat.
“Mereka mengingatkan kita pada masa ketika makanan bukan hanya tentang makanan, tetapi juga sebuah bentuk seni, pengalaman komunal, dan cerminan nilai-nilai sosial,” imbuhnya.
Panis: Lebih dari Sekadar Roti
Sejak zaman kuno, roti telah menjadi makanan pokok yang tak tergantikan dalam budaya manusia. Begitu juga dengan roti ‘panis’.
Di jantung kota Roma, di tengah-tengah Koloseum megah dan pasar yang ramai, panis berdiri sebagai simbol kehidupan sehari-hari.
“Panis bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan cerminan dari masyarakat Romawi,” kata George.
Dari roti jelai yang keras yang dikonsumsi oleh kelas pekerja hingga roti gandum yang mewah untuk para bangsawan, panis adalah makanan sekaligus simbol status. Selain itu, panis juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upacara keagamaan maupun festival tertentu.
Proses pembuatan roti ini terus mengalami perkembangan sesuai dengan teknologi yang ada kala itu. Dan konon, hanya orang-orang tertentu yang bisa membuat adonannya.
Vinum: Merayakan Kehidupan
“Setiap perayaan Romawi, baik itu kemenangan militer maupun ritual keagamaan, tidak lengkap tanpa 'vinum',” jelas George. “Anggur ini, bersumber dari kebun-kebun anggur yang tersebar di seluruh kekaisaran.”
Lebih dari sekadar minuman; ini adalah bagian integral budaya. Anggur ini mewakili kegembiraan, persahabatan, dan kegemaran orang Romawi akan hal-hal yang lebih baik dalam hidup.
Vinum memiliki beberapa tingkatan–hal ini menunjukan status sosial–yang dibedakan berdasarkan jenis buah anggurnya.
Salah satu jenis anggur yang menjadi favorit adalah jenis Falernian. Oleh hal itu, Anggur ini memiliki harga yang sangat mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat biasa. Sebaliknya, masyarakat biasa hanya dapat merayakan kehidupan dengan anggur yang lebih murah dan berkualitas rendah.
Oleum: “Emas Serbaguna”
'Oleum', atau minyak zaitun, adalah pahlawan tanpa suara di dapur Romawi. Ia memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari di Roma kuno.
“Digunakan untuk memasak, penerangan, dan bahkan perawatan kulit,” kata George. “Keserbagunaannya tak tertandingi.”
Minyak zaitun bukan hanya sekadar bahan masakan di Roma kuno, tetapi juga memiliki peran penting dalam pengobatan. Orang Romawi menggunakan minyak zaitun sebagai bahan dasar dalam pembuatan salep dan obat-obatan.
Mereka percaya bahwa minyak zaitun memiliki sifat penyembuhan dan mampu meredakan berbagai penyakit. Selain itu, minyak zaitun juga digunakan dalam pembuatan parfum dan minyak aromaterapi untuk memberikan aroma yang harum dan menyegarkan.
Kebun-kebun zaitun yang luas di Mediterania menjadi saksi akan pentingnya minyak ini, menjadikannya barang berharga dalam rumah tangga Romawi.
Garum: Penambah Rasa
Garum, saus ikan yang menyengat, mungkin akan membuat Anda mengernyitkan dahi saat ini, tapi di Romawi Kuno, garum adalah mahakarya kuliner.
“Sedikit garum dapat meningkatkan cita rasa sebuah hidangan, memberikan kedalaman rasa yang kaya dan kompleks,” kata George.
Produksinya, sebuah proses yang sangat teliti yang melibatkan fermentasi, menunjukkan dedikasi orang Romawi terhadap kesempurnaan kuliner.
Fructus: Persembahan Manis dari Alam
Kecintaan orang Romawi terhadap 'fructus' atau buah-buahan terlihat jelas dalam lukisan dinding dan mosaik mereka.
Orang Romawi percaya bahwa buah-buahan adalah hadiah dari dewa-dewa. Mereka menghormati dan menghargai buah-buahan ini dengan cara yang khusus.
"Kebun-kebun yang dipenuhi buah ara berair, kurma yang lezat, dan buah delima yang semarak tidak hanya menjadi sumber nutrisi, tapi juga simbol keahlian pertanian Romawi dan hubungan mereka dengan alam," jelas George.
Carnes: Simbol Kemewahan
“Dalam masyarakat di mana perjamuan merupakan cerminan kekuasaan dan prestise, 'carnes' atau daging menjadi pusat perhatian,” tegas George.
Orang-orang Romawi berlomba-lomba untuk menyajikan daging yang terbaik dan paling mahal, sebagai cara untuk menunjukkan kekuasaan dan prestise mereka.
Dari daging babi yang lezat hingga burung buruan yang eksotis, variasi daging di atas piring Romawi menunjukkan status tuan rumah. Ini bukan hanya tentang rasa; ini adalah tampilan kekayaan dan kemegahan.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR