Nationalgeographic.co.id—Selama dua hari, kota-kota di Arab dipenuhi dengan suara musik yang menghentak, tarian yang anggun, dan gelak tawa dari para pengunjung yang menikmati berbagai hiburan. Praktik perjudian menjadi bagian tak terpisahkan dari gemerlapnya acara tersebut.
Namun, seiring dengan penyebaran ajaran Islam, tradisi tersebut mulai berubah. Penulis muslim Farah Hedayat, menyatakan bahwa tradisi tersebut mulai memudar dan mengalami transformasi menjadi lebih Islami.
“Nabi Muhammad menyatakan: ‘Allah telah mengganti dua hari permainan kalian dengan dua hari yang lebih baik’ … yang berarti hari raya Idulfitri,” tulis Farah, pada laman Ilmkidunya.
Saat Idulfitri, dengan pakaian yang anggun, Nabi Muhammad menyapa keluarga-keluarga yang berada di sepanjang jalan, tanpa melewatkan siapa pun di seluruh rute yang ia tempuh.
Nabi Muhammad memakan beberapa buah kurma sebelum berangkat ke 'Idulfitri. Sunnah ini kemudian melahirkan tradisi mempersembahkan manisan saat Idulfitri.
Pada masa Nabi Muhammad, semua orang, bahkan wanita dan anak-anak, akan berpartisipasi dalam salat Idulftri. Pada hari Idulfitri, Nabi kita tercinta menyapa anak-anak dengan senang hati sambil mengelus kepala mereka, menceritakan lelucon dan memberi mereka hadiah.
Sejak Nabi menyatakan dua hari perayaan, seluruh dunia Islam merayakan dua Idulfitri dengan penuh sukacita. Idulfitri dirayakan di seluruh dunia pada tanggal 1 Syawal sebagai ucapan syukur kepada Tuhan karena telah memberikan dan menyelesaikan bulan suci Ramadhan.
Di seluruh dunia, Idulfitri dirayakan dengan berbagai tradisi yang berbeda dan unik. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia saat ini, berbagai sajian khas dimasak pada hari yang penuh sukacita ini dan umat Islam saling bertemu untuk menikmati perayaan tersebut.
Tak terkecuali pada zaman dahulu, Idulfitri juga dirayakan dengan penuh kehormatan. Berikut ini adalah beberapa contoh perayaan Idulfitri pada masa dinasti-dinasti Islam yang berkuasa.
Idulfitri pada masa pemerintahan kekaisaran Mughal
Menurut Farah, salah satu cara untuk mengetahui perayaan Idufitri pada masa pemerintahan Kekaisaran Mughal dapat meniliki catatan Hamiduddin Lahori, sang Punggawa Mughal. Ia menggambarkan dengan indah Idulfitri pada tahun 1628 pada masa pemerintahan Kaisar Shah Jahan.
Pada tanggal 30 Ramadhan 1037 (3 Juni 1628), dengan munculnya bulan sabit, alat-alat musik dimainkan. Keesokan paginya (hari Idufitri), para pangeran, abdi dalem dan pejabat lainnya berkumpul di aula untuk menyambut kaisar.
Semua orang berpakaian dengan kostum yang ceria. Suara terompet dan seruling mengumumkan kedatangan kaisar menuju Eidgah. Selama perjalanan, koin emas tersebar di antara penduduk.
Idufitri di Kekaisaran Ottoman
Di Kekaisaran Ottoman, peraturan resmi pertama mengenai upacara Idulfitri ditetapkan pada masa pemerintahan Sultan Mehmet II sang Penakluk.
“Perayaan Idulfitri dianggap sebagai salah satu hukum pertama yang disahkan di Istana Topkapi setelah penaklukan Istanbul,” kata Farah Hedayat. “Perayaan Idulfitri secara resmi dirumuskan dengan badan legislatif.”
Perayaan Idulfitri dimulai di Dewan Malam. Dari awal hingga akhir setiap hal diatur secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan hierarki istana.
Setelah salat Idulfitri, para petugas dewan berdiri dengan kostum seremonial mereka di dekat Aula Dewan (Kubbealti), dengan para tamu istana berdiri tepat di belakang mereka.
Sultan duduk di Singgasana Dewan sebelum shalat. Kemudian "birun" (pejabat tinggi negara di luar istana) menyambutnya dan kemudian pejabat "Enderun" (sekolah khusus) dan perwira Yeniceri, memberikan hadiah berharga kepada sultan.
Setelah rangkaian ini selesai, Sultan menunggang kudanya mengelilingi Taman Istana (Hasbahçe), mengunjungi kios untuk bersantai, dan menyaksikan pertandingan olahraga seperti gulat dan tarik tambang.
Masyarakat Mesir saat Idulfitri
Idulfitri juga dirayakan dengan penuh sukacita di Mesir kuno. Orang Mesir kuno menyiapkan 'Kahk' sebagai makanan penutup tradisional Idulfitri.
Makanan penutup ini sangat dikagumi sehingga seorang penyair Mesir, Fouad Haddad, menulis: "Oh kahk, tuan kemurahan hati... kami tidak akan pernah berhenti membuatmu."
Sajian lezat ini sudah ada sejak zaman Paranoia. Orang-orang Firaun digambarkan sedang membuat Kahk di dinding kuil-kuil Firaun di Thebes dan Memphis.
Orang Mesir kuno membentuk Kahk menjadi bentuk geometris yang indah dan kemudian gambar dewi matahari kuno Athon ditambahkan ke permukaan biskuit. Saat ini; Kahk berbentuk bundar dan sering kali direndam dengan gula bubuk. Berbagai varietas Timur Tengah tersedia di Kahk saat ini.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR