Nationalgeographic.co.id—Ada banyak prestasi arsitektur ikonik di dunia yang dapat dikenali pada pandangan pertama. Taj Mahal, Menara Eiffel, dan Patung Liberty adalah monumen ikonik yang terkenal dalam sejarah dunia.
Selain itu, Kekaisaran Romawi juga meninggalkan bangunan bersejarah yang masih berdiri dengan kokoh hingga kini. Bangunan itu adalah Pantheon.
“Pantheon merupakan salah satu bangunan paling berpengaruh dan banyak ditiru,” tulis Robert Carlock di laman History Defined. Pantheon dibangun di Kota Roma oleh penasihat terpercaya Augustus Caesar.
Bangunan bersejarah ini memengaruhi banyak bangunan lain dengan kubahnya yang menjulang tinggi. Pilar-pilar megahnya mencerminkan sifat demokratis budaya Barat.
Namun, tidak banyak yang diketahui tentang konstruksinya atau bahkan tujuan aslinya. Namun para sejarawan perlahan-lahan mengungkap beberapa detail melalui penggalian arkeologis.
Asal-usul Pantheon dalam sejarah Romawi
Pantheon asli dibangun sekitar tahun 25 SM oleh Marcus Agrippa. Dia mengalahkan Marc Antony dan Cleopatra di Actium. Pertempuran Actium adalah pertempuran yang mengakibatkan kedua pemimpin melakukan bunuh diri.
Agripa kembali ke Roma sebagai pahlawan dengan kekayaan melimpah. Dia memulai proyek pembangunan skala besar di tanah pribadinya. Sang pahlawan Romawi mendanai pembangunan tiga bangunan baru: Pemandian Agripa, Basilika Neptunus, dan Pantheon.
Basilika dan Pantheon kemungkinan besar dibangun untuk penggunaan pribadi. Keduanya mungkin digunakan untuk memuja dewa tertentu meskipun tujuan sebenarnya tidak jelas.
Pantheon asli dihancurkan oleh api pada tahun 80 M dan 110 M. Bangunan ini kemudian dibangun kembali sepenuhnya pada tahun 125 M di lokasi yang sama pada masa pemerintahan Kaisar Hadrian.
Rekonstruksi Pantheon di era Kekaisaran Romawi oleh Hadrian
Pembangunan Pantheon selesai pada tahun 125 M di bawah pemerintahan Kaisar Hadrian. “Tapi kemungkinan besar proyek rekonstrusi itu telah dimulai pada masa pemerintahan Kaisar Trajan,” tambah Carlock.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR