“Dia datang ke pulau itu tepat sebelum Perang Dunia II dimulai, tetapi dia tidak sendirian. Dia membawa serta istrinya yang berusia 28 tahun, bernama Kazuko,” kata Adan.
Meskipun perang berkecamuk, semuanya relatif normal di pulau itu, sampai suatu hari ketika Shoichi Higa pergi. Dia mengkhawatirkan saudara perempuannya, yang tinggal di pulau seberangnya, Pulau Saipan. Oleh karena itu, dia pergi, berjanji untuk kembali ke istrinya dalam waktu satu bulan. Namun, semua tidak berjalan sesuai rencana.
Kedatangan Tentara Laut Jepang
Sayangnya, Shoichi Higa tidak pernah kembali, dan istrinya menjadi kesepian. Tapi masih ada bosnya, dan Kazuko akhirnya tinggal bersama Kikuichiro Higa.
Kehidupan mereka berdua berjalan lancar, sampai menjelang akhir Perang. Pada tahun 1944, kapal-kapal Jepang dibom oleh pesawat-pesawat Amerika Serikat dan menenggelamkannya.
Sebanyak 31 pelaut Jepang yang selamat berenang dan mencapai Anatahan, di mana mereka disambut oleh Kikuichiro dan Kazuko. Dan selama berada di sana, Kazuko adalah satu-satunya wanita di seluruh pulau.
Serdadu Jepang yang terdampar hidup dengan relatif nyaman tanpa khawatir tentang makanan atau minuman. Pulau ini kaya akan buah-buahan dan sayuran lokal dan memiliki hewan-hewan lokal untuk disantap.
Anatahan sendiri juga tidak terganggu oleh perang, dengan hanya beberapa insiden yang terjadi. Dan salah satunya adalah jatuhnya pesawat pengebom Amerika.
“Dan ketika itu terjadi, orang-orang Jepang yang terdampar mengambil keuntungan dari pesawat B-17 yang jatuh dan menyelamatkan bangkai pesawat tersebut,” kata Adan.
Puing-puing dari bangkai pesawat tersebut dimanfaatkan untuk bertahan hidup, diantaranya adalah peralatan memasak. Selain itu, pesawat tersebut juga mengangkut senjata api.
Tiba-tiba, para pemukim dipersenjatai dengan pistol Amerika selain senjata tajam yang mereka buat sendiri.
Permulaan Masalah
Source | : | hubpages |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR