Selain itu, lanjut Wu, “[Arwah Sychaeus] juga memberikan peringatan untuk melarikan diri dari Tirus karena Pygmalion pasti akan membunuhnya.”
Oleh karena itu, Dido pergi untuk mengambil kekayaan suaminya yang telah meninggal dan melarikan diri dari kota bersama para pendukungnya.
Setelah melarikan diri dari Tirus, Dido dan para pengikutnya berlayar melintasi Mediterania dan tiba di pantai Afrika Utara. Mantan putri Tirus ini bertemu dengan seorang penguasa lokal bernama Iarbas, dan membeli tanahnya. Di sinilah kota Kartago didirikan, dan Dido menjadi penguasa pertamanya.
Kehidupan Ratu Dido di Kartago
Seiring berjalannya waktu, Kartago menjadi makmur dan Iarbas meminta Dido untuk menikah. Namun, sang ratu menolak karena ia masih setia pada mendiang suaminya dan tidak mau menikah dengan pria lain. Terdapat beberapa versi dalam kisah ini.
Dalam salah satu versi legenda, menurut Wu, Iarbas tidak mau menerima jawaban tidak dan mengancam akan menghancurkan Kartago jika sang ratu tetap bersikeras dengan penolakannya.
Akibatnya, Dido tidak punya pilihan lain selain bunuh diri, baik dengan menikam dirinya sendiri di atas tumpukan kayu di pemakaman, atau dengan melemparkan dirinya sendiri ke dalam kobaran api.
“Namun, versi yang lebih terkenal dari mitos Dido adalah pertemuannya dengan Aeneas, yang mengembara di sekitar Mediterania setelah kejatuhan Troy,” kata Wu. “Aeneas tiba di Kartago yang sedang dibangun dan bertemu dengan Dido.”
Sang ratu menyambut Aeneas dan anak buahnya. Dia juga mengizinkan mereka tinggal di Kartago. Meskipun Aeneas mencoba merayu Dido, dia tidak berhasil, karena ratu tetap teguh mengenang almarhum suaminya.
Hanya melalui campur tangan Venus (khususnya panah yang ditembakkan ke arah Dido oleh Cupid), Dido akhirnya jatuh cinta pada Troya.
Seiring berjalannya waktu, Aeneas dan Dido mulai hidup bersama sebagai suami-istri, dan keluarga Troya pun menetap untuk selamanya di Kartago. Namun, berita ini sampai ke telinga Iarbas.
Source | : | thought.co,Ancient Origins |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR