Kekejaman Jiajing tidak berhenti di situ. Dia menjadi semakin paranoid dan tidak percaya dengan siapa pun, termasuk para pejabatnya.
Pemerintahannya diwarnai dengan korupsi dan ketidakmampuan, dan pemberontakan mulai muncul di seluruh kekaisaran.
Dinasti Ming akhirnya runtuh pada tahun 1644, mengakhiri era keemasannya dengan tragedi.
Kaisar Jiajing, yang menghabiskan masa pemerintahannya dengan terobsesi pada ritual darah menstruasi dan kesenangan hedonistik, dikenang sebagai salah satu penguasa paling kejam dan tidak kompeten dalam sejarah China.
Kisah Kaisar Jiajing dan obsesinya pada darah menstruasi menjadi pengingat kelam tentang sisi gelap kekuasaan dan konsekuensi dari obsesi yang tak terkendali.
Di balik kemegahan Dinasti Ming, tersembunyi cerita tentang kekejaman dan tirani yang tak terbayangkan.
Kekejaman Jiajing dan ritual darah menstruasi yang mengerikannya menandai akhir era keemasan Dinasti Ming dan meninggalkan jejak kelam dalam sejarah China.
KOMENTAR