Karena kesakralannya juga, Ni Luh Sutjiati Beratha dan rekan-rekan dari Universitas Udayana menerangkan, pohon beringin lebih banyak tumbuh di tempat yang "memiliki nilai kesucian bagi masyarakat Bali, seperti pura dan kuburan". Mereka menjelaskannya di makalah bertajuk "Fungsi dan Makna Simbolis Pohon Beringin dalam Kehidupan Masyarakat Bali" dalam Jurnal Kajian Bali, 2018.
Keluhuran pohon beringin yang mulai terlupa
Nyoman menyayangkan, konsep Tri Hita Karana terabaikan oleh masyarakat dewasa ini. Pengabaian ini bahkan terjadi di Bali sendiri. Inilah yang menyebabkan lingkungan yang seharusnya terjaga, justru dikelola dengan tidak baik.
"Karena tidak semua manusia memiliki kepekaan terhadap keharmonisan lingkungan, maka terjadilah bencana, misalnya sampah plastik dan COVID-19 yang merebak di seluruh dunia. Seluruh dunia menghadapi masalah sampah plastik dan kotoran lainnya," terang Nyoman.
Belakangan, kiriman video viral di Instagram pada 3 Mei 2024 oleh The Rahayu Project memperlihatkan bagaimana pohon beringin berusia lebih dari 100 tahun ditebang.
Pohon beringin tersebut berada di sekitar Pantai Seseh (sekitar 16 kilometer dari pusat Denpasar) yang akan dibangun tempat hiburan. Warganet yang berkomentar menduga pembangunan itu untuk properti milik Taryan Group.
Pohon beringin memang bisa dimanfaatkan oleh manusia, dalam tradisi masyarakat Hindu Bali, namun tidak boleh sembarangan. Pohon beringin sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali. Selain hanya untuk dihormati, pohon ini menjadi obat khasiat untuk sejumlah penyakit.
"Fungsi pohon beringin yang vital dalam upacara agama dan aneka sarana pengobatan," terang Ni Luh Sutjiati Beratha dan rekan-rekan. "Sementara itu, penggunaan pohon beringin dalam berbagai jenis upacara bermakna simbol penyucian agar para leluhur dapat meningkat kualitasnya menjadi Dewa Hyang."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR