Henry menghadapi politik kepausan yang tidak menguntungkan
Sebenarnya, tidak akan terlalu sulit bagi raja Inggris untuk mendapatkan dispensasi kepausan untuk menyingkirkan istri pertamanya. Lalu menikahi istri lain guna menghasilkan ahli waris laki-laki.
“Ada pemahaman yang jelas di antara keluarga pangeran di Eropa bahwa kelanjutan dinasti adalah prioritas nomor satu penguasa,” kata Pettegree.
Namun situasi tidak berpihak pada Henry. Pada tahun yang sama—1527—pasukan Kekaisaran Romawi Suci menyerang dan menghancurkan Roma sendiri. Mereka memaksa Paus Klemens VII meninggalkan Vatikan melalui terowongan rahasia dan berlindung di Castel Sant’Angelo. Pada saat itu, gelar Kaisar Romawi Suci adalah milik Raja Charles V dari Spanyol—keponakan kesayangan Catherine dari Aragon.
Saat itu, hampir seluruh kepausan berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi Suci. Oleh sebab itu, Klemens VII tidak berkeinginan untuk menceraikan Henry dari bibi kaisar. Namun dia juga tidak ingin sepenuhnya menyangkal Henry VIII, jadi dia melakukan negosiasi dengan menteri raja, Kardinal Thomas Wolsey.
Thomas Cranmer dan Thomas Cromwell menemukan solusi agar Henry VIII bisa menikah dengan Anne Boleyn
Pendeta Thomas Cranmer dan penasihat raja yang berpengaruh, Thomas Cromwell, membangun argumen. Mereka meyakinkan bahwa Raja Inggris tidak boleh tunduk pada yurisdiksi paus.
Ingin menikahi Anne Boleyn, Henry menunjuk Cranmer sebagai Uskup Agung Canterbury. Setelah itu Cranmer dengan cepat mengabulkan perceraian Henry dari Catherine. Pada bulan Juni 1533, Anne Boleyn yang sedang hamil besar dinobatkan sebagai Ratu Inggris dalam sebuah upacara mewah.
Pengesahan Undang-Undang Supremasi oleh Parlemen pada tahun 1534 memperkuat perpecahan dari Gereja Katolik. Undang-undang itu menetapkan raja sebagai pemimpin tertinggi Gereja Inggris.
Ketika Cranmer dan Cromwell berkuasa dan seorang ratu Gereja Inggris di sisi Henry, Inggris mulai mengadopsi beberapa pelajaran dari reformasi kontinental, kata Pettegree. Salah satunya adalah terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.
Kerajaan juga bergerak untuk membubarkan biara-biara Katolik di Inggris dan mengambil kendali atas kepemilikan properti Gereja Katolik yang luas dari tahun 1536-1540. Pettegree menyebutnya sebagai redistribusi properti terbesar di Inggris sejak Penaklukan Norman pada tahun 1066.
Baca Juga: Henry VIII, Suami Anne Boleyn yang Suka Otak-atik Aturan Demi Nafsunya
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR