"Di punggung Pulau Papua ini, kebetulan, ada tiga terminal dengan kapal kita yang bolak-balik melintas," terang Muhammad Aryomekka Firdaus, Corporate Secretary Pertamina International Shipping.
PIS punya beraneka upaya untuk melestarikan lingkungan Teluk Cenderawasih, termasuk konservasi hiu paus. Pada hiu paus, PIS mengadakan pemasangan GPS, bekerja sama dengan KLHK.
"Nah, tujuan kita ini tujuan jangka pendeknya, [supaya] kita bisa tahu jalur hidup hiu paus ini ke mana berenangnya, dan kita akan menyatukan dengan data kapal kita, agar kapal kita yang berlayar tidak mengganggu jalur migrasi hiu paus," terangnya.
Aryo melanjutkan bahwa kerja sama ini merupakan bukti komitmen PIS untuk mendukung program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), terutama pada poin 14 tentang kehidupan bawah laut.
"Sebagai pelaku industri maritim terbesar di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk menjalankan bisnis dengan prinsip berkelanjutan demi menjaga keasrian lingkungan, yang akan kita wariskan ke generasi mendatang," tuturnya.
PT. Pertamina International Shipping tidak hanya melakukan pemasangan GPS. Rencananya, pengembangan riset hiu paus akan didukung, termasuk meremajakan kembali fasilitas riset Whale Shark Center yang berada di Teluk Cenderawasih.
"Rencananya kita ingin membuat WSC ini lebih hidup dan kualitasnya setara internasional seperti yang tadi kita lakukan menggunakan tagging yang memang ahlinya berkelas internasional dari California," terang Aryo.
"Ke depannya, harapan kami bekerja sama dengan KLHK untuk membangun WSC bisa hidup kembali untuk menggaet researcher bukan hanya domestik, tapi juga internasional, dan mendapatkan data-data yang lebih akurat mengenai hiu paus."
Memantau Tanpa Menyakiti Hiu Paus
Apa yang membedakan GPS yang PIS gunakan dibandingkan perangkat yang pernah digunakan sebelumnya di TNTC? Dua pemasangan GPS sebelumnya menggunakan metode tembak atau suntik dan bor. Sumaryono mengatakan, dua metode ini cenderung menyakiti satwa.
Tidak jarang, GPS yang telah dipasang dapat terlepas dan tenggelam ke laut. Pemantauan konservasi ini pada akhirnya terkendala. Pemasangan GPS berikutnya harus lebih ramah, mengingat hiu paus adalah spesies rentan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR