Mereka berdua memilih tiga kudanya sendiri dan mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan menurut kecepatannya. Ada total tiga putaran balapan dan orang yang memenangkan dua putaran akan menjadi pemenang akhir.
Karena kuda raja, di setiap tingkatan, lebih baik daripada kuda Tian, Tian kalah berkali-kali. Kemudian, ahli strategi terkenal Sun Bin memberikan saran kepada Tian. Sarannya adalah untuk menggunakan kudanya yang paling lambat untuk bersaing dengan kuda terbaik raja pada balapan pertama.
Lalu gunakan kuda kelas duanya untuk balapan dengan kuda raja yang paling lambat pada balapan kedua. Kemudian gunakan kuda kelas satu miliknya harus berlari bersama kuda kelas dua milik raja pada perlombaan terakhir.
Akibatnya, Tian kalah pada putaran pertama namun memenangkan dua putaran terakhir. Ia memenangkan 1.000 tael emas dari raja. Saat ini, ungkapan Tiongkok “balapan kuda Tian Ji” mengacu pada memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan menyerang kelemahan lawan.
Di kalangan masyarakat awam, pacuan anjing dan sabung ayam adalah bentuk perjudian yang disukai. Dalam The Commentary of Zuo, tercatat sebuah kasus kecurangan dalam sabung ayam. Di Negara Bagian Lu, Ji Pingzi dan Hou Zhaobo, dua pejabat tinggi, bertaruh pada sabung ayam.
Ji mengoleskan mustar pada sayap ayam jantannya untuk membutakan lawannya. Sementara Hou diam-diam memasang kait logam tajam ke kaki ayamnya sebagai senjata.
Ayam jago Hou memenangkan pertandingan dan kebencian pun muncul di antara kedua pria tersebut. Permusuhan mereka berujung pada pergulatan politik yang sengit, yang akhirnya menimbulkan kudeta di istana.
Dampak negatif perjudian makin meluas di Kekaisaran Tiongkok
Ketika perjudian semakin meluas, dampak negatifnya terhadap masyarakat menjadi semakin jelas. Seperti kasus Huangfu Hui, beberapa akibat perjudian sangat mematikan. Menurut Catatan Sejarawan Agung, Tuan Min dari Negara Bagian Song pernah bermain liubo dengan jenderal militer Nangong Zhangwan.
Mereka bertengkar karena permainan tersebut. Kemudian, Tuan Min menyebutkan fakta bahwa Nangong pernah ditangkap musuh untuk menghinanya. Nangong menjadi sangat marah hingga dia membunuh Tuan Min menggunakan papan permainan.
Insiden seperti ini lambat laun menjadi perhatian pemerintah. Pada periode Negara-Negara Berperang, Canon of Laws negara Wei, kode hukum paling awal yang ditulis secara sistematis di Tiongkok, menetapkan bahwa orang yang ketahuan berjudi akan didenda. Jika putra mahkota berjudi, ia akan dicambuk. Dan jika kedapatan berjudi lagi, ia akan digulingkan.
Pada Dinasti Qin, undang-undang menetapkan bahwa orang yang ikut serta dalam perjudian akan ditato di dahi sebagai hukuman.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR