Nationalgeographic.co.id—"Arem-aremnya, Mas. Masih hangat." Demikian tawaran seorang petani di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, sambil mengacungkan satu bungkus arem-arem yang mengeluarkan uap panas. Bukan sedang berjualan. Dia menawarkan arem-arem tersebut secara gratis.
Bersama dengan beberapa petani lain, dirinya sedang berkumpul mengelilingi beberapa kantong plastik berisi makanan. Mereka adalah para petani kentang di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Indonesia.
Kentang Dieng sendiri sangat populer di Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang menganggapnya unik. Bentuknya yang nyaris bulat, ukurannya yang kecil, kulitnya yang lebih gelap, warna daging kuning tua, tekstur yang lembut dan kenyal, serta rasa yang manis, membuat kentang Dieng relatif memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga kentang lain.
Semua keunikan yang membuat kentang Dieng menjadi salah satu komoditas unggulan Dieng tersebut tidak terlepas dari faktor geografis wilayah tersebut. Dengan ketinggian antara 1.500 hingga 2.500 meter di atas permukaan laut serta iklim yang sejuk, Dieng benar-benar menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan kentang.
Berjarak kurang dari 3 meter dari tempat berkumpulnya para petani kentang yang sedang menyantap arem-arem dan gorengan tersebut, beberapa orang tengah melintas baik dengan cara berlari maupun berjalan kaki. Mereka adalah para peserta Dieng Caldera Race 2024 kategori 10 km.
Acara lari lintas alam ini sendiri diselenggarakan di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, pada 9 Juni 2024 dengan Pabrik Teh Tambi menjadi titik start dan finis. Selain 10 km, ada pula kategori 21 km, 42 km, serta 75 km.
National Geographic Indonesia berkesempatan menjajal kategori 10 km yang, menurut penyelenggara Dieng Caldera Race, memang memiliki rute yang bertipe fun trail.
Tepat pukul 07.00 WIB (9/6/2024), para peserta kategori 10 km mulai bergerak dari titik start di Pabrik Teh Tambi. Satu jam sebelumnya, para peserta kategori 21 km sudah meluncur melintasi garis start. Sementara untuk peserta kategori 42 km dan 75 km sudah memulai lomba tepat satu hari sebelumnya (8/6/2024).
Pada 2 kilometer pertama, hamparan kebun teh dari Perkebunan Teh Tambi menyambut. Bulir-bulir embun masih terlihat di ujung-ujung daun teh, sesekali memantulkan sinar matahari pagi. Dari sisi kanan jalur, terlihat Gunung Sundoro berdiri megah meski sesekali tertutup awan.
Baca Juga: Dieng Caldera Race 2024 Resmi Digelar di Perkebunan Teh Tambi
KOMENTAR