Nationalgeographic.co.id - Ibarat “portal waktu”, museum dan cagar budaya mengajarkan kepada masyarakat tentang pencapaian manusia dan adaptasinya terhadap perubahan zaman.
Sayang, di Indonesia, minat generasi muda terhadap sejarah dan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti museum dan cagar budaya belum begitu besar. Demikian pula dengan sistem pengelolaan dan perawatannya.
Salah satu contoh adalah Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah. Kondisinya cukup memprihatinkan.”Kami terpaksa menggeser-geser beberapa koleksi museum supaya tidak kebocoran jika hujan datang,” kata Rafael Nadapdap, Kepala Museum Sejarah Jakarta, seperti dilansir dari Kompas.com.
Padahal, jika dikelola dengan cara yang cerdas, museum bisa punya dara tarik yang memikat dan bahkan bisa menghibur.
Museum Louvre di Paris, Prancis, misalnya. Museum ini tak hanya menyimpan koleksi seni bersejarah, tetapi juga menawarkan pameran temporer yang inovatif, program edukasi yang menarik, dan arsitektur museum yang modern dan futuristik.
Museum Louvre menjadi bukti bahwa museum bukan lagi tempat yang membosankan. Dengan sentuhan kreativitas dan teknologi, museum dapat menjadi jendela menuju petualangan masa lalu yang menyenangkan dan penuh makna.
Lahirnya Indonesian Heritage Agency (IHA)
Menyadari potensi dan persoalan yang dihadapi museum di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengambil langkah berani dengan mendirikan Indonesian Heritage Agency (IHA).
IHA, yang diluncurkan pada 16 Mei 2024 di Benteng Vredeburg Yogyakarta, merupakan Badan Layanan Umum (BLU) yang ditugaskan untuk memajukan museum dan cagar budaya di Indonesia.
IHA diharapkan mampu menjadi "ibu" bagi museum-museum di Indonesia, membawa angin segar dan transformasi yang signifikan. Saat ini IHA mengelola 18 Museum (termasuk galeri) dan 34 situs cagar budaya.
Berikut adalah misi-misi utama IHA.
• Merevitalisasi museum dan cagar budaya dengan meningkatkan infrastruktur, teknologi, dan program edukasi yang menarik dan interaktif.
• Meningkatkan minat masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mengunjungi museum dan mempelajari sejarah dan budaya Indonesia.
• Mengembangkan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti swasta, komunitas, dan akademisi, untuk memajukan museum dan cagar budaya Indonesia.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR