Nationalgeographic.co.id—Menurut legenda, Raja Arthur dari Camelot adalah pemimpin heroik di Inggris. Ia hidup sejak akhir abad ke-5 hingga awal abad ke-6. Kisah Arthur, istananya, dan Ksatria Meja Bundarnya merupakan inti dari kumpulan literatur Abad Pertengahan. Literatur tersebut dikenal sebagai Matter of Britain. Dalam literatur itu, Arthur digambarkan sebagai raja pemberani dan setia yang memimpin Inggris dalam pertempuran melawan penjajah Saxon pada abad ke-6.
Ada banyak sekali karya mengenai Raja Arthur. Namun para sejarawan berdebat selama berabad-abad apakah tokoh dalam sejarah Abad Pertengahan ini benar-benar ada.
Tidak ada catatan sejarah tentang Raja Arthur yang dapat diandalkan
Banyaknya kisah-kisah Arthurian, terutama yang ditulis sejak abad ke-12. Mengutip dari History Fatcs, “Namun tidak ada bukti kontemporer yang ditemukan mengenai periode di mana konon Raja Arthur hidup.”
Referensi paling awal tentang Arthur pertama kali muncul dalam cerita rakyat dan puisi Welsh dan Breton. Tapi referensi tersebut tidak sezaman dengan peristiwa yang mereka gambarkan.
“Y Gododdin,” sebuah puisi Welsh abad ke-7, mencantumkan banyak sifat mengagumkan dari seorang pejuang. Namun puisi itu menyimpulkan, “meskipun dia bukan Arthur.” Para ahli berpendapat bahwa referensi ini mengacu pada seorang pejuang legendaris bernama Arthur yang terkenal pada abad ke-7. Namun hal itu tidak membuktikan bahwa pahlawan tersebut adalah orang yang nyata.
Catatan sejarah Inggris abad ke-6 oleh biarawan Welsh bernama Gildas adalah satu-satunya sumber yang masih ada dari zaman Arthur. Catatan itu merujuk pada seorang pemimpin Inggris yang kuat yang mungkin menjadi pahlawan legenda.
Dalam kisah yang berjudul De Excidio et Conquestu Britanniae, Gildas mengaitkan keberhasilan Pertempuran Mons Badonicus. Pertempuran itu dilaporkan terjadi sekitar tahun 500 M, namun Gildas tidak menyebutkan nama pahlawan penakluk tersebut.
Batas antara fakta dan fiksi kabur
Sejarah Abad Pertengahan sering kali menggabungkan fakta dan fiksi. Jadi referensi tentang Arthur dalam catatan sejarah belum tentu merupakan konfirmasi keberadaannya. Merupakan praktik umum pada saat itu untuk membumbui peristiwa nyata. Hal ini bisa berarti mengubah nama, menambahkan karakter, atau melebih-lebihkan pencapaian pahlawan. Penulis bahkan memasukkan elemen magis untuk menyempurnakan cerita.
Beberapa teks Arthurian bahkan diberi label sebagai “sejarah”. Hal ini semakin mengaburkan perbedaan antara fakta sejarah dan fiksi romantis.
Baca Juga: Temuan 65 Makam Keluarga Kerajaan Zaman Raja Arthur di Inggris
Source | : | History Facts |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR