Nationalgeographic.co.id—Mitos Prometheus dalam mitologi Yunani merupakan kisah yang telah dikisahkan berulang kali dalam waktu dan budaya yang berbeda sesuai konteks kondisi dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
Mitos itu sendiri membentuk imajinasi masyarakat. Meminjam konsep dari antropolog budaya Clifford Geertz, mitos menyediakan materi umum yang tidak hanya penting untuk dipikirkan tetapi juga 'baik untuk dipikirkan'.
Sebagai sistem komunikasi yang dinamis dan bukan sebagai kumpulan cerita statis, mitos memainkan peran penting dalam suatu budaya dari waktu ke waktu. Terutama sekali, mitos mampu membantu budaya mengakomodasi dan menegosiasikan perubahan dengan cara yang produktif.
Begitu juga dengan mitos Prometheus terus menerus dikisahkan dalam dalam berbagai konteks sejarah yang sangat berbeda – Yunani kuno dan klasik, tahun-tahun setelah Revolusi Prancis, dan Inggris akhir abad kedua puluh.
Setiap kali mitos Prometheus disajikan, seperti yang dikatakan Barthes, kenyataan sejarah yang spesifik memberikannya jenis realitas yang sangat berbeda. Namun, pada akhirnya, kekuatan mitos yang sebenarnya adalah membuat konteks sejarah tertentu itu tampak alami di setiap saat.
Carol Dougherty dalam bukunya Prometheus menyebut bahwa itu juga yang dilakukan Aristophanes, seorang penyair komedi, salah satu penulis besar Athena abad kelima yang terakhir menggunakan mitos Prometheus.
"Dalam karya komedinya yang berjudul Birds dan dipentaskan pada tahun 414 SM, Prometheus muncul di bagian akhir drama untuk memberi nasihat kepada tokoh protagonis Pisthetairos," ungkap Carol.
Pada pembukaan drama, Pisthetairos dan rekannya, Euelpides, melarikan diri dari Athena yang sesak oleh perselisihan hukum dan ingin mencari kehidupan yang lebih baik.
Mereka kemudian bergabung dengan burung-burung dan mendirikan Cloud Cuckoo Land, sebuah kota di langit. Para dewa marah, namun kota baru itu terlanjur memutus semua persembahan dari bumi ke Olympus.
Akhirnya Prometheus datang sebagai penengah untuk merundingkan perjanjian damai antara kota baru dan para dewa. Ia memberi tahu Pisthetairos bahwa delegasi ilahi sedang dalam perjalanan menuju kota tersebut, tetapi burung-burung harus membuat perdamaian hanya jika: 1) Zeus mengembalikan tongkat kekuasaannya kepada mereka dan 2) ia menyerahkan gadis Basileia untuk dinikahi oleh Pisthetairos.
Prometheus segera meninggalkan panggung, dan aksi drama berlangsung persis sesuai dengan nasihatnya tersebut.
Baca Juga: Plato Ubah Mitos Prometheus hingga Jadi Alat Gerakan Intelektual Revolusioner
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR