Dengan pertumbuhan populasi dan aktivitas manusia yang semakin meningkat, permintaan terhadap sumber daya air menjadi semakin besar.
Untuk mencegah krisis air, konservasi air perlu dilaksanakan secepat mungkin agar manusia dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.
Sebagai informasi, konservasi air adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber daya air secara bijaksana dan berkelanjutan untuk menjamin ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.
Konservasi air dapat dilakukan melalui berbagai hal, mulai dari mengurangi penggunaan air, membuat sumur resapan, hingga melindungi daerah tangkapan air.
Baca Juga: Dunia Hewan: Tidur, Cara 'Ampuh' Beruang Air Selamat dari Kiamat
Guna mendukung konservasi dan menjaga tingkat ketahanan air, Dewan Air Dunia kembali menggelar Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-10.
Agenda tiga tahun sekali ini digelar pada 18-25 Mei 2024 di Bali dan mempertemukan para pemangku kepentingan di sektor air, baik perwakilan negara maupun pihak swasta untuk berkolaborasi menemukan solusi jangka panjang terhadap tantangan global di bidang air.
Pada kesempatan tersebut, perwakilan negara dan instansi berkolaborasi untuk menemukan solusi jangka panjang terhadap tantangan global di bidang air.
Selain itu, forum ini juga sering menjadi ajang untuk memperkenalkan berbagai program dan inisiatif baru. Contohnya, program sumur resapan di Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Bali.
Program sumur resapan yang diinisiasi oleh JANMA bersama The Coca-Cola Foundation (TCCF) -dilakukan untuk mencegah krisis air akibat faktor cuaca dan berkurangnya sumber resapan air.
Inisiatif ini pun mendapat sambutan hangat dari Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Manajemen Sumber Daya Air Firdaus Ali. Ia menyebut, program sumur resapan air dapat menjadi wadah bagi masyarakat setempat untuk mengakses air bersih.
Baca Juga: Sejarah Oktoberfest, Awalnya Merupakan Perayaan Pernikahan Kerajaan
“Program ini dapat membantu masyarakat untuk mendapat air bersih, khususnya saat terjadi musim kemarau atau perubahan iklim. Inisiatif ini semoga bisa menjadi contoh baik bagi masyarakat maupun instansi lainnya,” ujar Ali.
Di samping itu, terdapat juga program lainnya seperti pembangunan enam embung tadah hujan oleh Yayasan Obor Tani dan program Master Meter oleh USAID IUWASH Tangguh, keduanya didukung oleh TCCF. Embung tadah hujan dibangun di wilayah pertanian yang rentan mengalami kekeringan, sementara Master Meter ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Medan dan Surabaya.
Pratomo, Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, menyampaikan bahwa berkat dukungan dari TCCF pihaknya telah membangun enam embung. “Menggunakan bahan yang tahan lama dan fleksibel yang bertindak sebagai pelindung kedap air, secara efektif mengurangi kehilangan air yang sering terjadi karena rembesan di embung," ujar Pratomo.
Sementara itu, berbicara di acara panel, Deputy Chief of Party USAID IUWASH Tangguh, Alifah Sri Lestari, mengatakan bahwa akses ke air berkualitas sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu negara.
“Dukungan kami untuk program Master Meter mencontohkan strategi kunci untuk mengatasi tantangan pasokan air bersih dan sanitasi di masyarakat berpenghasilan rendah, membantu misi pemerintah untuk mempercepat distribusi air bersih di Medan & Surabaya dan menyediakan solusi yang efektif.
Dengan dukungan TCCF untuk program sumur resapan, ribuan sumur telah dibangun untuk membantu mengelola, menyimpan, dan menyaring air ke dalam lapisan bawah tanah, dengan penelitian yang menunjukkan potensi peningkatan level air tanah,” tutup Alifah.
Penulis | : | Sheila Respati |
Editor | : | Sheila Respati |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR