Sedangkan bagi para penjaga relik, mereka menjalankan tugasnya di Mausoleum Genghis Khan di Ordos, Inner Mongolia. Tugas menjaga mausoleum itu tampaknya merupakan tugas baru. Pasalnya, mausoleum itu sendiri baru dibangun pada abad ke-20. Sementara Darkhad telah menjadi penjaga Genghis Khan selama sekitar 800 tahun.
Relik Genghis Khan
Sebelum pembangunan mausoleum, relik Genghis Khan disimpan dalam delapan ger putih. Putra keempat Genghis Khan, Tolui (yang juga ayah dari Kubilai Khan) yang memulai praktik ini. Atau, ada yang mengeklaim bahwa Kubilai Khan-lah yang membangun delapan ger putih pertama.
“Sekitar 500 keluarga Darkhad dipilih untuk menjaga relik suci ini,” ungkap Mingren. Bangsa Mongol percaya bahwa meskipun tubuh fisik dapat mati, jiwa tetap ada. Khususnya pada benda-benda yang digunakan oleh orang yang meninggal. Oleh karena itu, relik ini tidak dianggap sebagai benda belaka, tetapi mengandung jiwa Genghis Khan sendiri.
Ada berbagai relik yang disimpan di ger ini. Salah satu relik ini, misalnya, adalah suledu, senjata seperti trisula. Menurut legenda, setelah pasukan Genghis Khan mengalami kekalahan, pemimpin Mongol berdoa memohon kekuatan dan bantuan ilahi. Tiba-tiba, ada cahaya yang menyilaukan di langit dan suledu muncul melayang di atas kepala prajuritnya.
Genghis Khan memerintahkan para jenderalnya untuk mengambil senjata tersebut, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhirnya, Khan Agung berjanji untuk mengurbankan 1.000 kuda dan 10.000 domba untuk senjata itu, setelah itu suledu turun.
Peninggalan lain yang mungkin disimpan di ger adalah sehelai bulu unta yang berisi napas terakhir Genghis Khan. Menurut tradisi, saat Genghis Khan berada di ranjang kematiannya, seorang dukun mencabut sehelai buku dari dahi unta jantan putih. Sang dukun kemudian meletakkan bulu tersebut di mulut pemimpin Mongol itu.
Bulu itu menyerap napas terakhir Genghis Khan dan kemudian ditempatkan di dalam tas sebagai tanda jiwanya. Tas ini mungkin ditempatkan di salah satu ger putih.
Setelah jatuhnya Dinasti Yuan, ger berpindah dari satu tempat ke tempat lain seiring dengan perubahan musim. kelompok Mongol ini menjadi pusat politik Asia Timur.
Pada akhir 1800-an, Darkhad membangun bangunan kayu bergaya Tiongkok untuk menyimpan relik. Namun bangunan tersebut hancur saat wabah menyebar. Panchen Lama mengatakan wabah tersebut terjadi karena memajang benda-benda di bangunan yang tidak selaras dengan kehidupan nomaden.
Baca Juga: Badai Panah, Strategi Perang Genghis Khan yang Hampir Mustahil Digagalkan
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR