Nationalgeographic.co.id - Pada tahun 1206, para khan menggelar sidang untuk mengangkat Temujin sebagai pemimpin baru mereka. Inilah awal Genghis Khan menjadi pemimpin yang kemudian menciptakan Yassa sebagai kitab paling dihormati orang-orang Mongol.
“Karena semangat mereka yang berkobar-kobar, mereka percaya bahwa Temujin yang kini bernama Genghis Khan adalah seorang Bogdo,” tulis Harold Lamb, dalam bukunya Genghis Khan: The Empror of Alll Men, terbitan tahun 1928.
Bogdo merupakan seseorang yang dikirim dewa-dewa ke dunia, serta dianugerahi kejayaan yang dimiliki para dewa.
Semasa pemerintahannya, Genghis Khan memperkenalkan yassa kepada masyarakat mongol, sebagai kitab yang harus dipatuhi.
“Yassa merupakan kitab undang-undang yang memuat kombinasi dari kehendaknya sendiri dan bagian-bagian terpenting dari adat istiadat suku-suku itu, untuk memerintahkan rakyatnya,” jelas Lamb
Lamb juga menjelaskan, bahwa Genghis Khan sangat membenci pencurian dan perzinaan. Mereka yang didapati melakukan tindakan tersebut akan dihukum mati.
Genghis Khan juga membenci kepada seorang anak yang tidak patuh terhadap orang tuanya. Termasuk juga seorang adik yang membangkang terhadap kakaknya.
“Ia tidak suka pula mendengar seorang suami yang tidak mendengar istrinya, begitu juga sebaliknya. Lelaki kaya yang tidak memberikan sedekah kepada janda miskin, juga dibencinya.”
Perihal minuman keras juga mendapatkan sorotan. Menurutnya, minum-minuman keras adalah suatu cacat bagi bangsa mongol.
Genghis Khan berpendapat, “orang yang mabuk ibarat orang yang dipukul kepalanya; kebijakan dan kecakapannya tidak berguna. Orang boleh mabuk tiga kali sebulan, tetapi lebih baik jika ia tidak pernah mabuk sama sekali. Akan tetapi siapa yang tahan [bila] tidak minum sama sekali?”
Fakta menarik, yassa juga melarang orang-orang mandi atau menyentuh air sama sekali ketika badai berlangsung. Bangsa Mongol memiliki ketakutan kepada guntur.
“Ketika badai dahsyat melanda Gurun Gobi, mereka begitu ketakutan sehingga mencebur ke dalam danau dan sungai agar selamat lolos dari amarah Dewa,” ungkap Lamb.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR