Nationalgeographic.co.id—Suku Darkhad adalah suku Mongol yang tinggal di Mongolia utara. Suku ini khususnya ditemukan di daerah Ulaan-Uul, Renchinlkhumbe, Tsagaannuur, dan Bayanzurkh, di Provinsi Khovsgol, Mongolia.
Ketiga daerah tersebut merupakan bagian dari Lembah Darkhad, yang dinamai menurut suku ini. Menurut legenda, suku Darkhad menjadi penjaga jiwa Genghis Khan, leluhurnya.
Saat Genghis Khan terbaring di ranjang kematiannya, seorang dukun mendatanginya untuk melakukan ritual cindariin hurrcag. Ritual itu dilakukan untuk menangkap sebagian jiwa untuk anak cucu di dunia ini.
Dukun tersebut mencabut sehelai bulu putih dari dahi seekor unta dan menaruhnya di mulut sang Khan. Bulu itu menyerap napas terakhir sang Khan, dan bersamanya, sebagian jiwanya. Sang dukun — bersama dengan 1.000 pengawal — berjanji untuk melindungi jiwa Genghis selamanya.
Suku Darkhad adalah masyarakat nomaden dan meneruskan cara hidup tradisional ini. Mereka diyakini sebagai keturunan langsung para penjaga jiwa Genghis Khan.
Suku ini dikenal sebagai penjaga relik Genghis Khan, peran yang telah mereka pegang selama berabad-abad. Mereka kini telah menjaga jiwa Genghis selama 36 generasi — 797 tahun.
Penjaga jiwa Genghis Khan
Suku Darkhad menganggap diri mereka sebagai keturunan Bo’orchu dan Muqali. “Mereka adalah dua jenderal Genghis Khan. Keduanya diberi kehormatan untuk menjaga makam Khan Agung setelah kematiannya pada tahun 1227,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Lokasi pasti makam Genghis Khan merupakan rahasia yang telah hilang dari sejarah. Meski demikian, suku Darkhad terus menjaga reliknya dan mempertahankan pemujaannya.
Perlu disebutkan bahwa hanya segelintir Darkhad yang bertugas sebagai penjaga Genghis Khan. Sebagian besar anggota suku ini melakukan pekerjaan lain untuk mencari nafkah.
Banyak yang masih mempertahankan cara hidup nomaden tradisional dan bergantung pada penggembalaan ternak untuk mencari nafkah. Darkhad tinggal di ger (bahasa Mongolia untuk yurt), yang dapat dengan mudah didirikan atau dibongkar. Hal ini berguna mengingat fakta bahwa Darkhad diharuskan mencari padang rumput yang baik untuk ternak mereka.
Baca Juga: Penghinaan yang Mendorong Genghis Khan untuk Menghancurkan Khwarazmia
Sedangkan bagi para penjaga relik, mereka menjalankan tugasnya di Mausoleum Genghis Khan di Ordos, Inner Mongolia. Tugas menjaga mausoleum itu tampaknya merupakan tugas baru. Pasalnya, mausoleum itu sendiri baru dibangun pada abad ke-20. Sementara Darkhad telah menjadi penjaga Genghis Khan selama sekitar 800 tahun.
Relik Genghis Khan
Sebelum pembangunan mausoleum, relik Genghis Khan disimpan dalam delapan ger putih. Putra keempat Genghis Khan, Tolui (yang juga ayah dari Kubilai Khan) yang memulai praktik ini. Atau, ada yang mengeklaim bahwa Kubilai Khan-lah yang membangun delapan ger putih pertama.
“Sekitar 500 keluarga Darkhad dipilih untuk menjaga relik suci ini,” ungkap Mingren. Bangsa Mongol percaya bahwa meskipun tubuh fisik dapat mati, jiwa tetap ada. Khususnya pada benda-benda yang digunakan oleh orang yang meninggal. Oleh karena itu, relik ini tidak dianggap sebagai benda belaka, tetapi mengandung jiwa Genghis Khan sendiri.
Ada berbagai relik yang disimpan di ger ini. Salah satu relik ini, misalnya, adalah suledu, senjata seperti trisula. Menurut legenda, setelah pasukan Genghis Khan mengalami kekalahan, pemimpin Mongol berdoa memohon kekuatan dan bantuan ilahi. Tiba-tiba, ada cahaya yang menyilaukan di langit dan suledu muncul melayang di atas kepala prajuritnya.
Genghis Khan memerintahkan para jenderalnya untuk mengambil senjata tersebut, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhirnya, Khan Agung berjanji untuk mengurbankan 1.000 kuda dan 10.000 domba untuk senjata itu, setelah itu suledu turun.
Peninggalan lain yang mungkin disimpan di ger adalah sehelai bulu unta yang berisi napas terakhir Genghis Khan. Menurut tradisi, saat Genghis Khan berada di ranjang kematiannya, seorang dukun mencabut sehelai buku dari dahi unta jantan putih. Sang dukun kemudian meletakkan bulu tersebut di mulut pemimpin Mongol itu.
Bulu itu menyerap napas terakhir Genghis Khan dan kemudian ditempatkan di dalam tas sebagai tanda jiwanya. Tas ini mungkin ditempatkan di salah satu ger putih.
Setelah jatuhnya Dinasti Yuan, ger berpindah dari satu tempat ke tempat lain seiring dengan perubahan musim. kelompok Mongol ini menjadi pusat politik Asia Timur.
Pada akhir 1800-an, Darkhad membangun bangunan kayu bergaya Tiongkok untuk menyimpan relik. Namun bangunan tersebut hancur saat wabah menyebar. Panchen Lama mengatakan wabah tersebut terjadi karena memajang benda-benda di bangunan yang tidak selaras dengan kehidupan nomaden.
Baca Juga: Badai Panah, Strategi Perang Genghis Khan yang Hampir Mustahil Digagalkan
Pada tahun 1920-an, jumlah Darkhad di wilayah Gurun Ordos kurang dari 5.000 orang. Banyak yang telah pergi ke Mongolia setelah jatuhnya Dinasti Qing untuk menetap di Lembah Darkhad. Perpecahan ini masih berlangsung hingga hari ini. Dari mereka yang bertahan, sebagian besar adalah wanita, anak-anak, dan penggembala.
Peziarah yang ingin memberi penghormatan kepada Khan harus mengunjungi delapan tempat terpisah. Pasalnya, ger tersebar di antara keluarga-keluarga Darkhad yang bermigrasi bersama ternak mereka di sepanjang tikungan utara Sungai Kuning.
Pada tahun 1930-an, pemerintahan Nasionalis di bawah Chiang Kai-shek menyusun rencana untuk memindahkan artefak ke barat. Saat itu pasukan Kekaisaran Jepang mulai menyerbu Tiongkok Utara. Pada tahun 1937, Darkhad juga pindah ke barat.
Darkhad kemudian melanjutkan perjalanan ke selatan menuju Xi'an. Dilaporkan lebih dari 200.000 orang bersorak di jalan-jalan saat para penjaga memasuki gerbang kota tua. Khan kembali, tepat pada waktunya untuk menjadi humas yang sangat dibutuhkan untuk upaya perang.
Setelah mendapat perhatian besar di Shaanxi, prosesi tersebut pindah ke Provinsi Gansu. Prosesi mendapatkan pengawalan bersenjata dari tentara Nasionalis. Para penjaga Darkhad yang mengawal relik dan tenda-tenda tersebut berhasil sampai ke kota terpencil Yuzhong. Tempat tersebut dianggap aman dari jangkauan konflik militer di utara.
Ketika perang saudara Tiongkok kembali terjadi setelah Jepang dipukul mundur, relik dipindahkan dari Gansu ke biara Kumbum di Qinghai. Setelah tahun 1949, rencana dibuat untuk bangunan permanen, yang disebut mausoleum, untuk menyimpan relik. Di mausoleum, suku Darkhad juga dapat melanjutkan pemujaan dan ritual mereka kepada jiwa Khan Agung.
Keberadaan mausoleum juga akan memperkuat hubungan permanen antara Tiongkok dan Mongolia. Ketika mausoleum selesai dibangun, barang-barang milik Genghis akhirnya menemukan rumah permanen — entah orang-orang menyukainya atau tidak. Barang-barang itu ditempatkan di bawah pengawasan Darkhad, seperti biasa.
Sebuah makam yang diselimuti misteri (dan politik)
Apa yang diketahui — atau diyakini — tentang kematian dan sejarah Genghis dan Darkhad hal yang penting, karena hal itu tetap menjadi bagian politik Asia Timur hingga hari ini.
Genghis Khan memiliki kekuatan luar biasa dalam menyatukan suku-suku Mongol. Ia menciptakan kekaisaran yang membentang dari pantai Pasifik Asia hingga perbatasan Eropa. Di sisi lain, sungguh luar biasa bahwa ada begitu banyak kisah yang saling bertentangan tentang kematiannya.
Baca Juga: Tanpa Wanita Ini, Kekaisaran Mongol Mungkin Tidak Akan Terbentuk
Salah satu kisah adalah bahwa ia ditikam oleh seorang gadis harem yang ditahan. Kisah lainnya adalah bahwa ia terbunuh oleh panah nyasar dalam pertempuran dengan Xia Barat. Marco Polo mempercayai bahwa ia jatuh dari kuda atau terluka saat berburu. Ada kisah-kisah tentang penyakit, dari wabah hingga keracunan kuno.
Ada cerita dan kisah tandingan, yang dibuat untuk menghormati Khan dengan kematian yang lebih mulia atau untuk mencoreng namanya.
Menurut The Secret History of The Mongols, Genghis Khan meninggal pada 18 Agustus 1227. Ia meninggal di tempat yang sekarang disebut Yinchuan, dekat Sungai Kuning.
Mungkin Darkhad beruntung bisa selamat dari kematian Genghis, karena ada kisah-kisah mengerikan yang dikaitkan dengan meninggalnya sang Khan. Untuk menghormati keinginan Khan untuk merahasiakannya, konon 2.000 orang yang menghadiri pemakaman sang Khan dibantai oleh pasukannya.
Pasukan itu kemudian dibunuh oleh pengawal sang Khan. Pengawal itu kemudian membunuh siapa pun yang menghalangi jalan mereka, untuk menyembunyikan tempat Genghis Khan dimakamkan.
“Akhirnya, ketika mereka mencapai tujuan, para penyintas yang tersisa bunuh diri,” tulis Mads Vesterager Nielsen di laman The China Project.
Di Mongolia, dipercaya bahwa sang Khan dimakamkan oleh keluarga dekatnya. Saat pemakamannya, kawanan kuda berlari kencang di atas makam itu hingga tidak ada apa-apa selain debu.
8 abad telah berlalu dan lokasi makam Genghis Khan tetap menjadi misteri. Pada tahun 2004, tim arkeolog Jepang dan Mongolia menggali sebuah istana yang mereka duga terkait dengan situs permakaman sang Khan di Mongolia.
Namun, banyak yang percaya bahwa makam tersebut seharusnya berada di dekat Sungai Onon di Mongolia. Wilayah itu merupakan tempat Temujin — yang merupakan nama sang Khan — lahir dan dibesarkan.
Namun di Tiongkok, tempat peristirahatan terakhir sang Khan berada di Ordos, tempat Makam Genghis Khan dibangun pada tahun 1954. Pembangunannya dikecam oleh orang-orang Mongolia karena dianggap sebagai upaya untuk mengeksploitasi warisan Genghis Khan. Hingga saat ini, daerah tersebut dianggap oleh banyak orang Mongolia sebagai daerah yang tidak sah.
Relik, Darkhad, dan makam terus menimbulkan kontroversi besar. Pakar Mongolia secara teratur menyerukan agar Darkhad dipindahkan ke Mongolia.
Ada kekhawatiran tentang bagaimana otoritas Tiongkok akan mengelola warisan Khan. Di Tiongkok, Genghis Khan secara rutin disebut sebagai "pahlawan nasional Tiongkok". Ia dianggap sebagai seorang raja dalam garis keturunan kaisar yang memerintah Tiongkok.
Hampir 800 tahun berlalu, letak makam Genghis Khan terus menjadi misteri. Namun suku Darkhad tetap menjadi penjaga setia jiwa sang Khan.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR