"Setiap kali Anda membangun salah satu studi global ini, Anda berdiri di belakang begitu banyak ilmuwan lain," kata Fagan. "Masing-masing studi ini mewakili kerja bertahun-tahun."
Studi tersebut menemukan bahwa faktor-faktor yang paling erat kaitannya dengan potensi pertumbuhan kembali yang tinggi adalah kedekatan petak dengan hutan yang ada, kepadatan hutan di dekatnya, dan kandungan karbon dalam tanah. Faktor-faktor tersebut khususnya "tampaknya menjelaskan dengan sangat baik pola pertumbuhan kembali yang kita lihat di seluruh dunia," papar Fagan.
Berada dekat dengan hutan yang ada, misalnya, adalah kunci untuk memasok berbagai benih ke area tersebut guna mendukung pertumbuhan kembali yang beragam, Fagan menjelaskan.
Peta Hutan Tropis Global untuk Menjaga Kelestarian Hutan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta digital daerah tropis global, yang setiap pikselnya -- mewakili lahan seluas 30 x 30 meter persegi -- menunjukkan perkiraan potensi pertumbuhan kembali. Peta tersebut, yang dimungkinkan oleh kolaborasi peneliti internasional yang ekstensif, merupakan anugerah bagi para pencinta lingkungan di seluruh dunia yang ingin mengadvokasi upaya mereka di tingkat lokal.
"Tujuan dan harapan kami adalah peta ini digunakan secara demokratis oleh masyarakat, organisasi, dan daerah setempat dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional, untuk mengadvokasi di mana restorasi harus dilakukan," kata Fagan.
"Orang-orang yang tinggal di sana harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sana -- di mana dan bagaimana restorasi benar-benar bergantung pada kondisi setempat."
Fagan menunjukkan bahwa beberapa area pertumbuhan kembali potensial yang diidentifikasi oleh penelitian tersebut tidak mungkin direstorasi karena berbagai alasan, seperti sedang digunakan secara aktif untuk peternakan atau perkebunan atau terletak di kawasan perumahan utama di dekat jalan dan pusat kota.
Namun, sebagian besar dari 215 juta hektar lahan tersebut merupakan padang rumput ternak yang terbengkalai dan rusak atau hutan yang sebelumnya ditebang. Dengan demikian, mendorong regenerasi alami di lahan tersebut akan berdampak minimal bagi ekonomi lokal dan memiliki banyak manfaat.
"Jika Anda mengembalikannya ke hutan hujan, manfaatnya bagi kualitas air, penyediaan air, keanekaragaman hayati lokal, dan kualitas tanah akan sangat besar," tegas Fagan.
"Ini juga akan menjadi manfaat yang sangat besar untuk menarik karbon dari atmosfer, jadi sebenarnya ini hanya pertanyaan, 'Di mana kita dapat melakukan (restorasi) ini dengan paling efisien?' Itulah inti dari makalah ini."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR