Istilah ini merujuk pada balai suku seseorang dan hak untuk berbicara bebas di tanah sendiri (karena balai adat seringnya berdiri di tanah suku).
Dukungan dari whanaunga (kerabat) juga tersirat dalam istilah ini, karena komunitas yang menjadi bagian dari individu biasanya dekat dengan kerabat.
Sejarah Tradisional Suku Maori
Sejarah tradisional mengungkap bahwa asal-usul suku Maori awalnya datang dalam bentuk gelombang migrasi yang berpuncak pada kedatangan “armada besar” pada abad ke-14 dari Hawaiki, tanah mistis yang biasanya diidentifikasi sebagai Tahiti.
Catatan sejarah ini menyediakan dasar bagi Suku Maori dan umumnya didukung oleh penemuan arkeologi, yang memperkirakan kedatangan Maori di Selandia Baru sekitar tahun 1300 Masehi.
Anggota masing-masing suku (iwi ) mengakui adanya kesamaan keturunan (yang mungkin dapat ditelusuri melalui salah satu atau kedua orang tua) dan kesetiaan yang sama kepada kepala suku atau para kepala suku (ariki).
Secara tradisional, pada umumnya kelompok sosial yang paling penting adalah hapu (sub suku), yang merupakan kelompok pemilik tanah utama dan keluarga inti yang terikat dalam pernikahan dan whanau (keluarga besar).
Tatanan sosial ini berlaku ketika Abel Tasman, penjelajah dari Belanda tiba di lepas pantai Selandia Baru pada bulan Desember 1642.
Dia bertempur dengan sekelompok Maori di Pulau Selatan dan meninggalkan daerah itu sebagian besar belum dijelajahi. Pada tahun 1769–70 Kapten James Cook, penjelajah asal Inggris, mengelilingi dua pulau utama dan menulis tentang kecerdasan Maori dan kesesuaian Selandia Baru untuk kolonisasi.
Pemburu paus, pemburu anjing laut, dan orang Eropa lainnya yang mencari keberutungan di Selandia Baru awalnya disambut oleh Maori.
Baca Juga: Tradisi Telinga Panjang Suku Dayak: Akankah Segera Punah?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR