Untuk membangun kastel baru, dibutuhkan sejumlah besar batu. Batu-batu tersebut diperoleh dengan merobohkan benteng-benteng lama Hideyoshi untuk bahan baku. Namun para pembangun tidak memiliki cukup batu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, mereka terpaksa menjarah batu nisan dan bahkan peti mati batu. Beberapa batu pengganti ini masih dapat dilihat di dinding kastel.
Secara total, Kastel Himeji terdiri 82 bangunan, yang tersebar di area seluas 107 hektar. Selain menara setinggi lima lantai, kastel ini juga memiliki gerbang, benteng, dan dinding batu. Struktur-struktur ini menunjukkan kemampuan pertahanan Kastel Himeji. Misalnya, banyak gerbang berkelok-kelok dibangun untuk menghambat laju penyerang ke kompleks pusat kastel. Selain itu, celah-celah ditambahkan ke gerbang dan dinding kastel. Hal ini memungkinkan para pembela dapat menembaki penyerang dari posisi yang aman.
Sebagian besar struktur kastel mempertahankan komposisi dan kondisi aslinya dari abad ke-17.
Ciri paling khas dari Kastel Himeji karya Terumasa adalah bagian luarnya yang berwarna putih. Warna ini membuatnya dijuluki Shirasaga-jo, yang berarti 'Kastil Bangau Putih'. Menara setinggi lima lantai tersebut dibuat agar menyerupai kawanan bangau yang sedang terbang, jika dilihat dari jauh.
Bagian luar kastel berwarna putih, yang dilapisi plester, yang memiliki tujuan praktis. Setelah kedatangan Portugis di Jepang pada 1543, senjata api diperkenalkan. Keberadaan senjata api menyebabkan desain kastel harus disesuaikan untuk menangkal jenis senjata baru ini. Plester dianggap sebagai bahan tahan api. Hal ini alasan mengapa zat ini digunakan untuk melapisi bagian luar kastel.
Terlepas dari semua fitur pertahanan ini, Kastel Himeji tidak pernah mengalami pertempuran. Keshogunan Tokugawa merupakan periode yang relatif damai. Kebutuhan akan kastel pun berkurang selama era ini. Kemudian ada dekrit keshogunan pada 1615, yang dikenal sebagai Buke shohatto, atau Hukum untuk Rumah Militer. Salah satu pasal dekrit ini menyatakan bahwa hanya boleh ada satu kastel per provinsi.
Akibat dekrit, banyak kastel di seluruh Jepang hancur. Kastel Himeji adalah salah satu dari sekitar 170 kastel yang masih bertahan. Meskipun demikian, Kastel Himeji memiliki tujuan politik yang sangat penting bagi keshogunan. Dari kastel ini, shogun dapat mengendalikan para penguasa feodal di Jepang bagian barat.
Penguasa Kastel Himeji haruslah layak untuk memerintah, bukan seorang anak di bawah umur atau orang sakit. Mereka harus memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada shogun. Selama seluruh periode Keshogunan Tokugawa, terdapat total 31 penguasa feodal yang tinggal di Kastel Himeji. Kebetulan, kastel tersebut tidak lama berada di tangan Klan Ikeda. Setelah kematian Terumasa, ia digantikan sebagai penguasa Kastel Himeji oleh putranya, Toshitaka.
Beberapa tahun kemudian, Toshitaka juga meninggal, dan kastel tersebut diserahkan ke tangan Klan Honda pada 1617. Penguasa kastel pertama dari klan Honda, Honda Tadamasa, menambahkan beberapa bangunan ke dalam kastel tersebut. Selain Klan Honda, klan-klan lain yang menguasai Kastel Himeji termasuk Okudaira, Matsudaira, Sakakibara, dan Sakai. Mengingat signifikansi politik Kastel Himeji, klan-klan tersebut melakukan kampanye perbaikan rutin pada bangunan-bangunan yang ada. Mereka turut berkontribusi pada kondisi kastel yang sangat terawat.
Kastel Himeji setelah runtuhnya Keshogunan Tokugawa pada 1868
Keshogunan Tokugawa berakhir pada 1868 dan digantikan oleh pemerintahan kekaisaran yang baru. Kastel Himeji kehilangan kepentingan politiknya karena dihapuskannya sistem feodal.
Setelah itu, Kastel Himeji diubah menjadi bangunan militer, sebagai bagian dari wilayah barat. Rumah-rumah samurai dihancurkan dan bangunan militer dibangun di tempatnya. Menariknya, kastel ini pernah dilelang oleh pemerintah Meiji. Penawaran yang berhasil diajukan oleh Tuan Kanbe dari Himeji, yang bermaksud untuk mengembangkan tanah tersebut. Ketika ia menyadari bahwa akan terlalu mahal untuk menghancurkan kastel tersebut, ia membatalkan rencana ini.
Selama Perang Dunia Kedua, Kastel Himeji sangat beruntung karena lolos dari pengeboman yang dilakukan oleh pasukan sekutu. Faktanya, selain beberapa pembongkaran selama Periode Meiji, satu-satunya kerusakan yang dialami kastel adalah hancurnya tempat tinggal daimyo. Tempat tinggal tersebut hancur akibat kebakaran pada 1882. Selanjutnya, sisa-sisa kompleks ini dipugar dengan cermat.
Ketika perang berakhir pada 1945, bangunan militer di dalam dan sekitar kastel dihancurkan. Bangunan militer diganti dengan bangunan umum untuk keperluan resmi. Meskipun demikian, bangunan asli abad ke-17 dibiarkan utuh.
Saat ini, Kastel Himeji merupakan situs budaya Jepang yang penting, sekaligus objek wisata yang populer. Pemerintah Jepang menetapkan Kastel Himeji sebagai Situs Bersejarah pada 1929. Dua tahun kemudian, kastel ini memperoleh status Harta Nasional. Selain Kastel Himeji, ada empat kastel Jepang lainnya yang ditetapkan sebagai Harta Nasional. “Kastel Matsumoto, Hikone, Inuyama, dan Matsue,” tutur Mingren.
Pada 1993, Kastel Himeji ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR