Nationalgeographic.co.id—Kisah tentang kota emas atau tambang emas selalu memikat banyak penjelajah di masa lalu. Salah satu kisah itu adalah El Dorado. El Dorado adalah kota emas legendaris yang konon terletak di tempat yang sekarang disebut Venezuela.
Namun, menyebutnya sebagai kota tidak terlalu tepat. Bagi para penakluk yang mencarinya, El Dorado adalah kota, kerajaan, atau kekaisaran. Seiring dengan berjalannya waktu, El Dorado dianggap sebagai sebuah tambang emas legendaris.
El Dorado mungkin akan selalu dikaitkan dengan Sir Walter Raleigh, penjelajah Inggris yang terkenal. Dan, bisa dibilang, tanpa ketenaran Raleigh, El Dorado mungkin akan tenggelam dalam ketidakjelasan bersama kota-kota emas mitos lainnya. Seperti Paititi, Cibola atau Quivira.
Raleigh bukanlah orang pertama yang terpikat oleh iming-iming kekayaan dari El Dorado. Faktanya, pada saat kabar tentang El Dorado sampai kepadanya pada tahun 1580-an, penjelajah Spanyol telah melakukan beberapa upaya untuk menemukannya. Namun, Raleigh-lah yang memicu tenarnya kisah tentang El Dorado.
Bagaimana Raleigh mengetahui tentang El Dorado?
Raleigh kemungkinan pertama kali mengetahui tentang El Dorado pada awal musim gugur tahun 1586. Ia mengetahuinya dari seorang penjelajah Spanyol bernama Don Pedro Sarmiento de Gamboa.
Gamboa ditangkap oleh para perompak Raleigh pada bulan Agustus 1586 saat menyeberangi Atlantik. “Dengan pengalaman 30 tahun di Dunia Baru, Gamboa adalah seorang penjelajah kawakan,” tulis Matthew Lyons di laman Livescience.
Ada dua kerajaan besar Inca dan Aztec yang telah ditaklukkan Spanyol sekitar 70 tahun sebelumnya. Jadi, kisah tentang kerajaan ketiga tentu tidak tampak absurd bagi Raleigh.
Raleigh juga mendengar tentang Don Antonio de Berrio, penjelajah lainnya. Berrio meyakini jika ia telah mencapai perbatasan El Dorado di Dataran Tinggi Guyana di hulu sungai Orinoco dalam perjalanan epik selama 18 bulan yang berakhir pada tahun 1585.
Dalam beberapa hal, Berrio merupakan saingan utama Raleigh. Mereka pun bersaing dalam mencari kebenaran tentang El Dorado dan emasnya.
Jika Raleigh menemukan El Dorado, ia akan mendatangkan kekayaan bagi Inggris. Temuan tersebut tentu bisa menyaingi banjir harta karun yang dinikmati oleh kekuasaan Spanyol. Tanpa kekayaan tersebut, monarki Spanyol hanya akan menjadi “raja buah ara dan jeruk.” Ungkapan tersebut dilontarkan oleh Raleigh.
Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis
Pencarian hadiah yang sulit dipahami
Pada 1594, Raleigh mengirim salah satu anak buahnya, Jacob Whiddon. Ia ditugaskan dalam misi pengintaian ke pesisir di sekitar Trinidad dan delta Orinoco.
Tahun berikutnya, ia mengumpulkan dana sebesar 60.000 pound sterling untuk membiayai ekspedisi besar ke Amerika Selatan yang direncanakannya. Armada tersebut awalnya direncanakan terdiri dari delapan kapal. Namun Raleigh tidak sabar dan meninggalkan Plymouth dengan empat kapal dan sekitar 250 orang pada tanggal 6 Februari 1595.
“Saya mengumpulkan informasi sebanyak yang ia ketahui tentang Guyana darinya,” tulis Raleigh dalam bukunya The Discovery of Guiana (1848).
Berrio menceritakan kepada Raleigh tentang seorang ahli amunisi bernama Juan Martínez. Menurut Berrio, ia tinggal di Manoa selama 7 bulan dan memberi nama kota itu dalam bahasa Spanyol, El Dorado.
Setelah bertemu dengan Berrio, Raleigh membawa anak buahnya sebanyak 100 orang ke hulu sungai dengan cukup makanan untuk sebulan menggunakan lima perahu kecil beratap terbuka. Mereka menghadapi hujan deras, panas yang menyengat, dan tidak ada arah yang jelas.
Mereka menempuh perjalanan sekitar 402 km ke hulu Sungai Orinoco hingga bertemu dengan sungai besar lainnya, Caroni. Caroni adalah lokasi Kota Guayana saat ini. Di sana, di permukiman penduduk asli bernama Morequito, Raleigh bertemu Topiawari.
Topiawari adalah kepala suku tua atau cacique. Topiawari mengatakan kepada Raleigh bahwa jarak tempuh perbatasan El Dorado tinggal 4 hari lagi. Namun Raleigh perlu kembali dengan lebih banyak pasukan dan senjata.
Saat itu, sudah pertengahan Juni. Arus sungai begitu deras. Karena itu, perjalanan yang ditempuh selama sebulan ke hulu hanya memerlukan waktu 4 hari untuk kembali.
Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seorang cacique bernama Putijma. Putijma memberi tahu mereka bahwa ia mengetahui sebuah bukit besar yang mengandung emas dan dapat ditambang. Namun, Raleigh dan krunya kembali ke Inggris dengan tangan hampa. Mereka tidak membawa apa pun kecuali janji akan kekayaan yang akan datang.
Tahun-tahun dalam penjara
Raleigh tetap yakin bahwa ada kekayaan yang dapat ditemukan di wilayah Amerika Selatan. Hanya 4 bulan setelah kembali ke London, ia mengirim salah satu anak buahnya yang paling setia, Lawrence Keymis.
Keymis diberi perintah untuk mengintai tambang emas yang dibicarakan Putijma. Namun, Spanyol telah mendirikan kota benteng bernama San Thome di Morequito.
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Ratu Elizabeth I bukanlah tahun-tahun yang baik bagi Raleigh, dan tahun-tahun berikutnya lebih buruk. Pada musim gugur tahun 1603, Raleigh dihukum karena merencanakan penggulingan James I, yang naik takhta lebih awal tahun itu. Hukumannya ditangguhkan, tetapi ia akan menghabiskan 12 tahun berikutnya di penjara Menara London.
Pada bulan Maret 1609, pewaris takhta muda, Pangeran Henry, mensponsori sebuah ekspedisi ke wilayah tersebut. Ekspedisi dilakukan di bawah pimpinan Robert Harcourt. Pada akhir tahun yang sama, Sir Thomas Roe memimpin ekspedisi lain ke wilayah tersebut.
Raleigh adalah salah satu sponsornya, bersama Roe dan Earl of Southampton. Butuh waktu sekitar 18 bulan sebelum Roe kembali, menyimpulkan bahwa Manoa — kota emas El Dorado — tidak ada.
Hal ini tampaknya tidak menghalangi Raleigh sedikit pun. Pada tahun 1616, James membebaskannya dari Menara London. Ia memberi Raleighs wewenang untuk kembali ke Guyana untuk mencari tambang emas potensial. Khususnya mencari lapisan tanah yang pernah dilihat Raleigh di bebatuan berpasir dekat tempat yang kini menjadi San Thome.
Raleigh mendapat instruksi tegas untuk tidak melibatkan militer Spanyol. Kebijakan James terhadap Spanyol adalah upaya perdamaian dan pemulihan hubungan.
Mimpi baru
Raleigh berlayar dari Plymouth pada tanggal 12 Juni 1617, dengan 14 kapal di bawah komandonya. Bersamanya ada Lawrence Keymis yang tangguh dan putra Raleigh yang berusia 22 tahun, Wat.
Namun kemudian muncul penyakit selama pelayaran melintasi Atlantik menyebabkan 42 orang meninggal. Termasuk wakil komandan Raleigh, John Pigott. Raleigh sendiri jatuh di dek, kepalanya terbentur. Ia tidak dapat makan makanan padat selama 20 hari atau lebih.
Pada pertengahan November, armada tiba di lepas pantai Amerika Selatan. Saat itu tampak jelas bahwa Raleigh terlalu sakit untuk memimpin ekspedisi ke hulu sungai.
Kemudian Keymis mengambil alih tugasnya. Di bawahnya ada lima kapten dan lima komandan kompi, termasuk Wat. Ekspedisi tersebut melibatkan sekitar 400 orang secara keseluruhan.
Hanya tiga dari lima kapal yang selamat dari arus deras dan beting delta. Mereka mencapai San Thome pada tanggal 2 Januari 1618.
Persiapan Raleigh untuk ekspedisi tersebut telah maksimal dan lama. Persiapan tersebut juga dilakukan secara terbuka. Anak buah Keymis dikejutkan oleh penyergapan oleh Garnisun Spanyol yang hanya terdiri dari 57 orang.
Kemudian setelah tengah malam, para penjelajah Inggris menyerbu kota itu. Wat Raleigh, yang menjadi kapten pasukan tombak dan memimpin serangan. Ia tertembak peluru senapan di tenggorokan. Empat orang Inggris lainnya tewas dalam perebutan kota itu.
Raleigh tidak mengetahui apa-apa tentang ini selama sebulan. Kemudian, pada tanggal 31 Januari, ia mendengar dari sumber setempat bahwa dua dari lima kapten telah tewas dalam pertempuran. Dua minggu kemudian, barulah ia menerima kabar dari Keymis.
Misi bunuh diri
Di San Thome, Keymis juga menentang. Ia tahu bahwa dengan menyerang kota yang dikuasai Spanyol, ia melanggar syarat utama perjanjian Raleigh dengan James I. Hanya sedikit orang Spanyol yang tewas dalam pertempuran itu. Sebagian besar melarikan diri.
Keymis khawatir mereka akan kembali ke hulu sungai dengan bala bantuan. Selain itu, tentu saja, ia tidak tahu persis di mana tambang itu berada.
Keymis ragu-ragu dan mengulur waktu. Akhirnya, tiga perahu kecil dikirim ke hulu sungai dari San Thome.
Beberapa laporan mengatakan bahwa orang-orang dalam ekspedisi baru ini pergi sejauh 480 km ke pedalaman. Mereka membawa cukup makanan untuk 4 hari. Namun mereka pergi selama 3 minggu dan tidak menemukan informasi tentang lokasi tambang baru atau tambang yang sudah ada.
Mereka kembali ke San Thome dan mendapati kota itu menjadi sasaran serangan gerilya yang semakin berhasil. Setelah 29 hari pendudukan, Inggris meninggalkan kota itu. Spanyol kemudian membakarnya hingga rata dengan tanah.
Keymis kembali ke kabinnya dan menusukkan pisau ke jantungnya sendiri. Setelah kembali ke Inggris dengan kapal-kapalnya yang tersisa, Raleigh dipenjara. Ia dieksekusi pada bulan November tahun yang sama.
James I menggunakan fakta pelanggaran janjinya untuk menjaga perdamaian dengan Spanyol sebagai alasan untuk menghidupkan kembali tuduhan pengkhianatan. Raleigh meninggal karena berbagai alasan; kegagalan pencarian emasnya adalah salah satunya.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | livescience |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR