"Kalkun membutuhkan lebih banyak tempat, dan tidak sering bertelur. Mereka juga harus dipelihara lebih lama sebelum mulai bertelur. Ini berarti biaya terkait kandang dan pakan akan jauh lebih tinggi untuk telur kalkun dibandingkan dengan telur ayam," jelas Pelletier, seperti dikutip dari laman UBC.
"Karena menyediakan pakan juga bertanggung jawab atas bagian terbesar dari penggunaan sumber daya dan emisi yang terkait dengan produksi telur, telur kalkun akan memiliki dampak yang lebih tinggi, yang tidak akan bagus dari perspektif keberlanjutan," imbuhnya lagi.
Apakah telur kalkun dapat dimakan?
Ya, telur kalkun dapat dimakan. Jika tak percaya, tanyakan saja langsung kepada peternak kalkun.
Menurut Modern Farm, telur kalkun dilaporkan memiliki rasa yang sangat mirip dengan telur ayam. Hanya saja telur kalkun sedikit lebih besar dengan cangkang yang lebih keras dan membran yang lebih tebal.
Pelletier menjelaskan, "Telur kalkun sepenuhnya dapat dimakan. Telur kalkun memiliki konsistensi krim yang mirip dengan telur bebek dan warnanya berbintik-bintik seperti telur puyuh."
"Saya pikir telur kalkun akan menjadi pelengkap yang sangat menarik dan bahkan cantik untuk makan malam Thanksgiving. Saya kira bagian tersulitnya adalah menemukan tempat untuk membelinya."
Lalu mengapa telur ayam jauh lebih umum?
"Sekali lagi, kemungkinan besar ini kembali ke biaya produksi," tegas Pelletier.
Para petani telah meningkatkan strategi manajemen untuk memproduksi telur ayam di fasilitas komersial khusus selama hampir seratus tahun, dan telah ada program genetika yang didedikasikan untuk mengoptimalkan genetika ayam petelur untuk produktivitas sejak tak lama setelah Perang Dunia II. Warga Kanada sekarang mengonsumsi sekitar 70 juta telur ayam setiap tahunnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR