Bukti fosil memberikan dukungan lebih lanjut untuk hipotesis Darwin. Tampaknya jerapah mengembangkan lehernya yang panjang antara 14 dan 12 juta tahun yang lalu.
Saat itu adalah periode ketika Afrika mengalami kekeringan umum dan hutan-hutannya berubah menjadi sabana. Ketika jumlah pohon berkurang, persaingan untuk setiap pohon pasti meningkat, sehingga mendukung pemilihan leher yang panjang.
Kemampuan merumput di cabang-cabang yang lebih tinggi mungkin merupakan keuntungan yang membentuk evolusi leher panjang untuk kedua jenis kelamin. Sementara penggunaannya sebagai pentungan dalam pertarungan jantan merupakan faktor evolusi yang menjelaskan perbedaan signifikan dalam ketebalan tengkorak jantan dan betina.
Singkatnya, leher jerapah memiliki sejumlah kegunaan. Jadi, sulit untuk mengatakan mana di antara kegunaan tersebut yang paling kuat memengaruhi evolusinya.
Selain itu, ahli biologi lapangan mengajukan serangkaian hipotesis lain untuk menjelaskan pemanjangan leher. Mungkin pandangan tinggi yang diberikannya membantu hewan tersebut menemukan predator. Atau mungkin luas permukaannya yang besar membantu mengatur suhu tubuh.
Bahkan telah dikemukakan bahwa leher mungkin berevolusi sebagai respons terhadap kaki jerapah yang semakin panjang. Sehingga, leher panjang akan memastikan bahwa mereka dapat terus minum di lubang air.
Evolusi leher jerapah menunjukkan berbagai metode yang digunakan oleh ilmuwan dalam upayanya untuk melacak sejarah evolusi suatu adaptasi. Selama 140 tahun terakhir, Darwin dan para ahli warisnya mengajukan berbagai teori yang saling bersaing.
Setelah kerja lapangan yang melelahkan dan argumen yang penuh semangat, beberapa di antaranya dinilai lebih baik daripada yang lain. Setidaknya untuk saat ini. Pertanyaan tentang evolusi leher jerapah tampaknya akan membuat para peneliti sibuk untuk beberapa waktu lagi.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR